Rabu 28 Feb 2018 13:46 WIB

Mu'ti: Umrah Semestinya Sesuai Sunah Nabi

Ibadah hendaknya tidak dinodai kepentingan politik dan kepentingan kelompok.

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Agus Yulianto
Sekjen PP Muhammadiyah, Abdul Mukti.
Foto: Republika/Darmawan
Sekjen PP Muhammadiyah, Abdul Mukti.

IHRAM.CO.ID,  JAKARTA -- Munculnya video tentang jamaah umrah Indonesia yang melakukan Sa'i (rukun umrah/haji) di Makkah dengan membacakan ikrar Pancasila dan juga bernyanyi, telah membuat heboh. Karena hal itu, Kedubes RI di Saudi mendapatkan teguran dari pemerintah Saudi.

Dubes RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh, juga mengimbau agar seluruh ekspatriat ataupun jamaah haji/umrah mematuhi peraturan dan norma-norma yang berlaku di Arab Saudi.

Menanggapi fenomena tersebut, Sekjen Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, mengatakan, peringatan dari pemerintah Saudi dan KBRI Saudi, sudah tepat. Bahkan, menurutnya, sebaiknya semua pihak menyadari kesalahannya.

Mu'ti mengatakan, umrah dan seluruh rangkaian ibadah yang ada di dalamnya merupakan ibadah mahdlah yang harus ditunaikan sesuai dengan sunah Nabi Muhammad SAW. Pada dasarnya, menurutnya, ibadah umrah memang lebih merupakan ibadah fi'liah yang lebih menekankan aspek pelaksanaan secara perbuatan, bukan bacaan.

Akan tetapi, walaupun tidak ada tuntunan bacaan yang tersendiri, Nabi mengajarkan agar rangkaian pelaksanaan ibadah umrah diisi dengan bacaan do'a-do'a, takbir, tahmid, taqdis, kalimah thayyibah, dan bacaan yang utama yang lainnya.

Selain itu, ia mengatakan, agar selama melaksanakan ibadah hendaknya disertai dengan keikhlasan ibadah karena Allah, mengambil uswah dan ibrah dari perjalanan dan perjuangan Nabi Ibrahim, Hajar, dan Ismail dalam mematuhi perintah Allah,. Di samping, membangun peradaban dan keadaban.

"Karena itu, tidak semestinya ibadah umrah disertai dengan perbuatan dan ucapan yang tidak ada tuntutan dari Nabi Muhammad. Bagi umat Islam yang melaksanakan ibadah umrah hendaknya meluruskan niat dari sejak berangkat dari Tanah Air," kata Mu'ti, melalui pesan elektronik kepada Republika.co.id, Rabu (28/2).

Dalam hal ini, Mu'ti mengimbau, agar jamaah Indonesia menjaga kesucian spiritual dengan ibadah dan akhlak yang utama selama berada di tanah suci. Menurutnya, ibadah hendaknya tidak dinodai oleh kepentingan politik dan motif untuk menunjukkan kebesaran suatu kelompok. Dalam konteks politik, ia menilai jika haji dan umrah adalah bagian dari ibadah yang mencerminkan peradaban bangsa. Menurutnya, citra keadaban bangsa tecermin dari perilaku para jamaah sebagai duta bangsa dan negara.

"Selama beribadah hendaknya tidak mengganggu jamaah umrah yang lainnya. Mereka ingin beribadah. Jangan sampai ketenangan ibadah mereka terganggu oleh ulah latah dan tidak bertanggung jawab," lanjutnya.

Terkait ini, ia meminta agar pemerintah, khususnya Kementerian Agama, selaku lembaga yang mengawasi biro haji dan umrah harus lebih mengintensifkan pengawasan dan pembinaan ibadah. Menurutnya, Kemenag bisa memberikan peringatan kepada biro umrah, yang jamaahnya berperilaku dan beribadah yang tidak sesuai keadaban bangsa dan Sunah Rasulullah.

"Selama ini pengawasan terhadap biro umrah terkesan lemah. Sehingga banyak penipuan, penelantaran, dan pelaksanaan ibadah yang tidak sesuai Sunah," tambahnya

Sebelumnya, muncul video yang memperlihatkan jamaah umrah yang melakukan Sa'i dengan melantunkan lagu Syubbanul Wathon. Lagu tersebut diciptakan oleh pendiri Gerakan Pemuda Ansor, Kiai Abdul Wahab Hasbullah. Video yang muncul di Youtube tersebut diunggah oleh akun Travelia Alakbar pada 24 Februari 2018.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement