Kamis 15 Mar 2018 16:12 WIB

Penggunaan Sisa Dana Optimalisasi Haji akan Jadi Masalah

Dampak buruknya nanti akan ditanggung jamaah paling akhir. Ini mirip First Travel.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agus Yulianto
Jamaah bertawaf di sekeliling Ka'bah, Senin (28/8)
Foto: Khalil Hamra/AP
Jamaah bertawaf di sekeliling Ka'bah, Senin (28/8)

IHRAM.CO.ID,  JAKARTA -- Penggunaan dana optimalisasi haji yang berlebihan berpotensi menjadi problem besar di kemudian hari. Pasalnya, pemerintah dan DPR tidak realistis dalam penetapan komponen BPIH 2018,

 

"Ini akan menjadi problem besar di kemudian hari," kata ketua Komisi Pengawas Haji Indonesia (KPHI) Syamsul Maarif kepada Republika.co.id, Kamis (15/3).

 

Penegasan KPHI itu berkaitan dengan. penetapan indirect cost 2018 sebesar Rp 6,33 triliun. Namun, Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) hanya sanggup membantu Rp 5 triliun dari dana optimalisasi haji tahun ini.

 

Artinya masih ada kekurangan sebesar Rp 1,33 triliun. Namun, Ketua Panitia Kerja (Panja) Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH), Noor Achmad mengatakan, masih ada sisa dana optimalisasi haji dari tahun-tahun sebelumnya sebesar Rp 3,3 triliun sehingga masih aman.

Syamsul mengatakan, pemerintah dan DPR memaksakan diri sehingga menghabiskan dana optimalisasi tahun ini. Sayangnya, dana optimalisasi tahun ini masih kurang.

 

"Kekurangan tersebut terjadi karena kecilnya BPIH. BPIH realnya sekitar Rp 60 juta sampai Rp 65 juta," katanya.

 

KPHI juga sebelumnya telah memberikan masukan kepada pemerintah dan DPR agar BPIH diubah sehingga menjadi lebih realistis. Karena ongkos haji sebenarnya Rp 60 juta, maka setidaknya BPIH menjadi Rp 40 juta.

"Sejak awal saya mengatakan, jauh-jauh hari, pemerintah dan DPR harus realistis bahwa biaya realnya adalah Rp 60 juta sampai Rp 65 juta, maka pemerintah bersama DPR harus merubah (BPIH), paling tidak Rp 40 juta, itu realistis," ujarnya.

Menurut Syamsul, kalau sekarang dipaksakan menggunakan dana optimalisasi, maka terlalu besar penggunaan dana optimalisasinya. Kalau penggunaan dana optimalisasi terlalu besar atau dihabiskan, maka dampak buruknya di kemudian hari akan terjadi lonjakan yang luar biasa.

"Dampak buruknya nanti akan ditanggung oleh jamaah paling akhir. Nanti kasusnya sama dengan First Travel. Tapi kalau pemerintah uang pokoknya aman, sementara First Travel uang pokoknya hilang. Nanti kalau lama kelamaan pemerintah menggunakan uang pokok, maka bagaimana jadinya," katanya.

Sekarang hasil dana optimalisasinya saja yang dipakai, padahal dana tersebut milik semua calon jamaah haji. Katakanlah BPKH memiliki Rp 5 triliun dari dana optimalisasi. Dana optimalisasi tersebut merupakan hak seluruh calon jamaah haji yang jumlahnya jutaan dan sedang antri.

"(Dana optimalisasi semua calon jamaah haji-Red) digunakan oleh orang yang mau berangkat itu saja sudah salah. Apalagi mau mengambil sisa dana optimalisasi tahun-tahun sebelumnya, itu kan milik jamaah yang belum berangkat," ujarnya.

Syamsul menyampaikan, sisa dana optimalisasi memang ada, tapi tidak bisa digunakan karena sisa dana tersebut juga hak jamaah yang belum berangkat. Tahun ini menggunakan dana optimalisasi sebesar Rp 5 triliun dari BPKH.

 

"Penggunaan dana optimalisasi sebesar Rp 5 triliun sudah maksimal, walau sebenarnya tidak boleh menggunakan dana sebesar itu. Karena dana optimalisasi itu sebagiannya masih hak jamaah yang belum berangkat. Mereka punya hak walau pun kecil,"  tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement