IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Kementerian Keuangan Arab Saudi telah mulai mengganti pendingin gurun lama dengan pendingin udara freon di tenda-tenda para peziarah di Mina. Bagi umat Islam Indonesia jelas berharap agar fasilitas pendingin canggih baru ini nanti dipasang atau digunakan juga di tenda jamaah haji Indonesia.
AC atau pendingin udara yang canggih baru itu bekerja dengan gas freon bukan air yang digunakan di pendingin gurun. Peralayan canggih ini akan mengurangi suhu dari 33 derajat Celsius menjadi sekitar 21 derajat Celcius.
AC baru akan mengkonsumsi sekitar lima ampere listrik per hari, bukan 12 ampere yang dikonsumsi oleh peralatan lama. Sekitar 20.000 AC baru akan dipasang di tenda-tenda di Mina. Sebanyak 12.500 AC baru dipasang pada musim Haji 2016. Peziarah diuntungkan karena sebagian telah digunakan pada dari fase kedua selama musim haji 2017.
Sementara itu, Perusahaan Listrik Saudi (SEC) telah mulai menyediakan lebih banyak listrik ke tempat-tempat suci untuk memenuhi peningkatan permintaan dari perusahaan-perusahaan haji domestik.
Selama ini para jamaah haji, khususnya Indonesia selalu mengeluhkan pelayanan selama tinggal di Mina untuk melempar jumrah. Berbagai persoalan mereka sudah katakan dari persoalan tenda, sempitnya ruangan, ketersediaan toilet (terutama untuk kaum perempuan). Mereka mengeluh suasanya terlalu sempit seoalah dipaksakan. Bahkan pelayanan kepada jamaah haji khusus atau ONH Plus pada waktu berada di Mina sering tidak maksimal karena kertebatasan fasilitas dan ruangan.
Pada waktu siang hari memang cuaca sangatlah panas di Mina. Para petugas haji sellau memperingatkan agar jamaah tak keluar dari tenda. Tapi ada saja jamaah tak hirau akan imbauan itu karena ingin mengejar waktu 'afdhal' dalam melempar jumrah.
Kejadian tumbukan yang terjadi beberapa waktu lalu di Mina -- yang juga memakan korban jamaah Indonesia -- adalah salah satu dari sekian tragedi akibat jamaah tak hirau akan himbauan. Ini karena waktu melempar jumrah bagi jamaah haji Indonesia dijadwalkan tidak dilakukan pada tengah hari (waktu afdhal). Pada waktu itu kebanyakan jamaah Arab, Afrika, Eropa, dan India yang melakukannya.
Pihak petugas haji Indonesia selama ini mengakui bahwa memperbaiki fasilitas di Mina dan juga Arafah, itu sulit dilakukan. Karena kewenangan perbaikan atau pembaruan fasilitas itu ada di pihak kerajaan Arab Saudi. Pihak Indonesia hanya menerima layanan saja dan itu juga dibebani dengan sejumlah uang yang harus dibayarkan sebagai biaya pelayanan haji mulai dari tenda, air zamzam, hingga yang lainnya. Biaya ini dimasukan dalam komponen BPIH.