IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Sistem pengambilan sidik jari dan data biometrik jamaah haji akan mulai diuji coba tahun ini. Sementara itu, perekaman sidik jari dan data biometrik jamaah haji Indonesia akan dilakukan di embarkasi di Tanah Air.
Ketua Umum Rabithah Haji Indonesia Ade Marfuddin mengapresiasi langkah tersebut. Dengan dilakukan di embarkasi di Indonesia, menurutnya, hal itu berarti ada perhatian dari pemerintah Arab Saudi yang menginginkan agar pengambilan sidik jari dilakukan sebelum berangkat ke tanah suci.
"Ini langkah positif dan bagus dalam artian peningkatan pelayanan. Sehingga, tidak terjadi lagi jamaah antre di pintu imigrasi Arab Saudi," kata Ade, saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (24/5).
Selama ini, kata dia, jamaah dibuat merasa lelah dengan antrean yang panjang di imigrasi Saudi. Jika pengambilan sidik jari diterapkan di pintu keluar imigrasi Saudi, hal itu bisa memakan waktu dan mengakibatkan lamanya waktu antre di bandara.
Sehingga, melelahkan bagi jamaah. Untuk menghindari itu, ia menilai upaya-upaya yang sifatnya administratif yang bisa dilakukan di tanah air memang sudah seharusnya dilakukan oleh pemerintah.
- Saudi Rekam Biometrik Haji di 18 Embarkasi
Pengamat haji dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menceritakan contoh kebijakan pemeriksaan dan pengambilan foto mata sebelum keluar bandara pada 2007-2008. Saat itu, menurutnya, jamaah haji dibuat merasa sangat kelelahan lantaran antrean yang panjang. Apalagi, jamaah telah melewati waktu berjam-jam di pesawat.
Dalam hal ini, Ade menilai penerapan teknologi ini lebih pada antisipasi pemerintah Saudi untuk melihat kemudahan layanan IT (teknologi informasi) kepada jamaah. Dengan sistem pengambilan sidik jari dan data biometrik tersebut, data seperti nomor paspor, barcode, visa, dan pemiliknya, bisa sinkron. Jika sebelumnya, jamaah bisa melakukan kebohongan dengan data yang digunakan, kini pemantauan data jamaah bisa lebih ketat.
"Dari sisi pelaksanaan di tanah air akan lebih efektif dan lebih aman. Mudah-mudahan dengan ini mempercepat proses jamaah keluar dari imigrasi di Saudi," lanjutnya.
Selanjutnya, Ade juga menyoroti soal barang bawaan koper jamaah haji. Ia mengatakan, proses pemeriksaan koper di imigrasi Saudi di Jeddah kerap membuat jamaah haji merasa lelah dan lama menunggu. Dalam hal ini, ia menekankan agar pemerintah Saudi membuat aturan baru, di mana isi koper atau barang bawaan jamaah bisa diselesaikan di imigrasi Indonesia.
Ade mengatakan, koper besar khususnya memang harus sudah mulai diperhatikan dan ditingkatkan proses penanganannya. Seharusnya, kata dia, koper besar sudah terpisah dari jamaah sejak di embarkasi di tanah air dan mulai bertemu lagi saat di hotel di tanah suci. Ia mengatakan, langkah ini memudahkan penempatan jamaah saat di tanah suci. Karena hotel, nomor kamar, jumlah jamaah dalam satu kamar, sudah diketahui sejak awal.
"Jamaah harus merasa nyaman dan tidak perlu dibebani dengan hal-hal yang tidak penting. Jadi koper itu di embarkasi diperiksa, kemudian langsung masuk ke bagasi dan nanti ketemu di tanah suci di hotel jamaah bersangkutan," ujarnya.
Di samping persiapan yang sifatnya administratif, Ade juga menekankan agar pola pembinaan jamaah harus komprehensif. Ia menilai, sisi pembinaan keilmuan jamaah terkait haji masih minim dilakukan. Ade menyarankan agar manasik haji diperbanyak dengan lebih menekankan pada substansi haji itu sendiri.
Dalam hal ini, jamaah haji bukan sekedar berangkat ke tanah suci dan melaksanakan ibadah seperti tawaf dan Sa'i secara simbolis. Akan tetapi, penting bagi jamaah memahami makna-makna simbolis yang secara filosofi perlu digali. Sehingga, jamaah memiliki kedalaman atau kualitas pengetahuan tentang haji.
Menurutnya, paradigma berangkat ke tanah suci harus diubah. Sehingga, yang diperhatikan bukan hanya soal kuantitas jamaah haji yang banyak, tetapi juga kualitas dari ibadah jamaah itu sendiri.
"Istitha'ah bukan hanya soal kesehatan dan biaya, tapi juga soal Istithaah Manasiqul Haj, kemampuan tentang manasik hajinya sebelum berangkat. Jamaah harus memahami makna filosofi dari ibadah yang dilakukannya di tanah suci," tambahnya.
Tinggi
Wakil Ketua Koperasi Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI) Budi Firmansyah mengakui animo masyarakat Nusa Tenggara Barat untuk menunaikan ibadah haji dan umrah sangat tinggi.
"Animonya sangat luar biasa. Tinggi sekali," katanya, di Mataram, Selasa.
Ia menuturkan, tinggi animo masyarakat NTB untuk berhaji dan umrah ini bisa dilihat dari jumlah jamaah haji dan umrah setiap tahun terus naik.
Berdasarkan data Kantor Wilayah Kementerian Agama NTB pada 2015, jumlah jamaah umrah mencapai mencapai 2.500 orang dan meningkat sebanyak pada 3.500 jamaah pada 2016, sebanyak 4.500 jamaah pada 2017 dan meningkat lagi mencapai 6.000 jamaah pada tahun 2018.
Kuota jamaah haji NTB tahun 2017 mencapai 4.476 orang. Semula pada tahun 2016 kuota haji NTB sebanyak 3.572 orang, karena ada pembatasan dari Pemerintah Arab Saudi, namun setelah dicabut dikembalikan menjadi 4.476 orang pada tahun 2017.
"Ini menandakan tinggi animo masyarakat NTB untuk beribadah. Bayangkan daftar antrean naik haji saja sampai 20 tahun dengan 6.000 paspor yang dicetak setiap tahunnya," ujar Budi lagi.
Karena itu, menurut Budi, pihaknya menyambut baik penyelenggaraan Lombok Umrah dan Haji Ekspo yang digelar mulai 17 hingga 21 Mei 2018 selama Ramadhan di Kota Mataram, NTB dalam rangka memeriahkan Pesona Khazanah Ramadhan 2018 tersebut.
Menurutnya, dengan semakin sering penyelenggaraan seperti itu, branding travel mereka akan semakin dikenal banyak orang. Hal ini sekaligus menghilangkan "image" yang tidak baik terhadap travel umrah dan haji terkait menyusul adanya kasus penipuan terhadap jamaah yang terjadi beberapa waktu lalu.
"Awal yang luar biasa dari kami untuk ikut menyosialisasikan, supaya tidak ada lagi terjadi penipuan jamaah berangkat ke Tanah Suci," ujarnya pula.
Penyelenggaraan Lombok Umrah dan Haji Ekspo diikuti 19 travel dengan 22 stan yang disediakan. Travel ini merupakan anggota AMPHURI yang berasal dari Jawa Timur, Jakarta, dan Kalimantan.
Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri pada Kementerian Agama RI, Sri Ilham Lubis, sebelumnya mengatakan nanti ada 13 embarkasi di Indonesia yang disiapkan untuk melakukan perekaman sidik jari dan data biometrik jamaah haji. Selain itu, jamaah haji Indonesia juga akan mendapatkan kemudahan terkait dengan tas-tas jamaah. Menurutnya, tas jamaah akan diangkut langsung ke hotel jamaah. Semua tas jamaah nantinya akan tercantum nomor kamar hotel masing-masing.