Selasa 17 Jul 2018 16:27 WIB

Waspadai Kelembapan Madinah

Di Madinah, keringat lekas menguap sehingga jamaah kadang tak sadar kehilangan cairan

Rep: Fitriyan Zamzami/ Red: Andi Nur Aminah
Suasana di sekitar Masjid Quba di Kota Madinah, Selasa (21/11).
Foto: Republika/Angga Indrawan
Suasana di sekitar Masjid Quba di Kota Madinah, Selasa (21/11).

IHRAM.CO.ID, MADINAH -- Menjelang kedatangan jamaah haji Indonesia, suhu udara di Madinah tercatat sekitar 35 hingga 40 derajat Celsius. Tak hanya panas, kelembapan rendah iklim di Madinah juga mesti diwaspadai jamaah. “Suhu panas, tapi kelembapan rendah, jadi tidak terasa kalau dehidrasi,” kata Koordinator Tim Kesehatan Mobile Daker Bandara, dr Rahmawanti, di Madinah, Selasa (17/7).

Cuaca panas di Madinah, menurutnya, berbeda dengan di Tanah Air yang lembap dan memunculkan banyak keringat. Di Madinah, keringat lekas menguap sehingga jamaah kadang tak sadar bahwa mereka sudah banyak kehilangan cairan. Kelembapan rendah di Madinah juga membuat jamaah tak merasa gerah. “Apalagi nanti kalau di Armina,” kata dr Rahmawanti.

Terkait kondisi itu, ia meminta para jamaah menjaga diri dengan banyak minum. Para petugas kesehatan di bandara nantinya akan mendatangi para jamaah guna menyampaikan imbauan-imbauan tersebut.

Selain itu, para petugas kesehatan akan membagikan alat pelindung diri (APD) seperti tas berisi kacamata dan payung. Selain itu, Tim Promotif/Preventif (TPP) Kemenkes akan menyediakan cadangan sendal, alat semprot, dan masker sebanyak 20.400 unit. Cadangan tersebut akan diberikan kepada jamaah yang kehilangan. Pemberian dilakukan TPP Kemenkes.

Menurut pantauan Republika.co.id, langit Madinah cerah sejak beberapa hari belakangan. Matahari terik menyengat, tetapi memang sedikit keringat yang keluar. Angin juga berembus agak kencang dan menerbangkan debu yang membuat mata perih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement