IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Cuaca di Tanah Suci selama musim haji diperkirakan akan mencapai 40-50 derajat Celcius. Kondisi ini membuat jamaah haji akan dihadapkan dengan cuaca panas yang ekstrem selama beribadah.
Agar kondisi fisik tetap prima di bawah terik matahari, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan jamaah haji. Salah satunya adalah menjaga asupan cairan yang cukup agar tidak dehidrasi dan mengalami heat stroke atau serangan panas.
"Minimal dua liter (air putih per hari), tapi juga bisa lebih karena panas," ujar spesialis gizi klinik dari RSCM dan juga RSIA Bunda Aliyah, Nurul Ratna Mutu Manikam kepada Republika.co.id.
Meskipun tidak merasa haus, jamaah haji disarankan menyempatkan diri minum air secara teratur. Persediaan air minum yang cukup banyak di Tanah Suci juga perlu dimanfaatkan dengan baik.
Untuk menyiasati kebutuhan cairan di cuaca panas yang cukup ekstrem, jamaah haji juga disarankan memilih makanan yang berkuah. Dengan begitu, jamaah haji akan mendapatkan tambahan asupan cairan saat makan.
Nurul mengatakan jamaah haji jangan ragu banyak minum air hanya karena dapat memicu buang air kecil lebih sering. Alasannya, konsekuensi kurang minum di saat cuaca panas jauh lebih buruk dari sekadar bolak-balik ke toilet akibat banyak minum.
"Karena dehidrasi bisa bikin meninggal, heat stroke, terutama (pada) orang tua," kata Nurul.
Senada dengan Nurul, spesialis kedokteran olahraga dari Rumah Sakit Jakarta, Grace Tumbelaka juga menyarankan jamaah haji banyak minum selama di Tanah Suci. Jamaah haji perlu lebih memperbanyak minum air jika warna urine terlihat mulai pekat.
Mengingat cuaca yang sangat panas dan berangin, jamaah haji juga perlu melindungi diri dari paparan cahaya matahari langsung agar fisik tetap prima. Selain menggunakan pakaian dengan bahan yang menyerap keringat, jamaah haji juga disarankan menggunakan penutup kepala.
"Kepala harus ditutupi supaya (sinar) matahari tidak langsung kena kepala, dan proses penguapannya juga nggak cepat kan," jelas Grace.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusuf Singka juga menekankan pentingnya menghindari paparan sinar matahari langsung selama beribadah di Tanah Suci. Untuk itu, jamaah haji disarankan selalu membawa alat pelindung diri (APD) setiap kali keluar dari pondokan.
Salah satu APD yang sebaiknya dipakai jamaah haji saat beraktivitas di luar ruangan adalah payung. Beberapa APD lain yang tak kalah penting untuk selalu dibawa jamaah haji adalah kacamata hitam, masker, botol semprotan, alas kaki dan kantong alas kaki.
"Kalau mau keluar, lihat-lihat cuacanya," kata Eka.