Jumat 27 Jul 2018 14:14 WIB

Benarkah Tersesat di Tanah Suci karena Dosa?

Tidak ada kaitannya bahwa jamaah yang kesasar karena perilaku di Tanah Air.

Suasana Masjid Nabawi yang mulai sejuk pada awal Oktober 2017.
Foto: Ani Nursalikhah
Suasana Masjid Nabawi yang mulai sejuk pada awal Oktober 2017.

IHRAM.CO.ID, “Salah apa saya, Pak, salah apa,” kata jamaah perempuan dari Makassar itu di Masjid Nabawi saat ditemui Republika.co,id, Jumat (27/7) pagi. Ia saat itu bersama rekannya tersesat di bagian utara Masjid Nabawi. Ia lupa dari pintu mana masuk ke masjid megah tersebut.

Saat akhirnya diantar menuju pemondokan, kekhawatirannya belum juga surut. “Bagaimana nanti di Makkah,” ujarnya. Ia paham, Masjidil Haram adalah kompleks yang jauh lebih rumit dari Masjid Nabawi.

Perasaan bersalah serupa juga ditampakkan seorang jamaah asal Pamekasan. Ia mengatakan, merasa punya dosa dan mengucap istighfar berkali-kali baru teringat harus mencari petugas saat tersesat jauh dari hotelnya.

Jamak jamaah haji Indonesia menganggap tersesat di Tanah Suci semacam karma atas laku buruk mereka, baik di Tanah Air maupun di Tanah Suci. Bagaimana pandangan mereka yang paham betul dengan ilmu agama dan lika-liku perjalanan ibadah haji terkait anggapan itu?

“Tidak ada kaitannya bahwa jamaah yang kesasar dengan perilaku di Tanah Air,” kata Konsultan Pembimbing Ibadah Haji Daker Madinah Ahmad Kartono di Madinah, kemarin.

Ia mengatakan, harus dipahami bahwa bagi sebagian besar jamaah, Tanah Suci adalah lokasi yang belum mereka pahami betul. Madinah dan Makkah adalah tanah asing dengan arsitektur dan budaya yang jauh berbeda dibandingkan Tanah Air. “Sebab itu, tentu orientasi jamaah yang baru tiba belum bisa memahami lingkungan,” ujar Kartono.

Kartono yang sempat menjabat sebagai direktur Pembinaan Haji Kementerian Agama, mengatakan, yang terpenting bagi jamaah adalah segera mengenali lingkungannya begitu keluar dari pemondokan, dan menghafal ciri-ciri lokasi di sekitar hotel. Selain itu, jamaah harus mengupayakan berangkat dalam rombongan dan jangan terpisah. “Bisa juga (jamaah tersesat) karena dehidrasi dan cuaca panas. Bisa juga karena tidak tahu jalan dan belum tahu kondisi seperti ini jadi stres,” kata Kartono.

Bila telanjur tersesat, Kartono mengatakan, jamaah sebaiknya kembali ke dalam masjid dan tetap di sana sembari menunggu petugas yang akan memberikan bantuan.

Meskipun tak terkait, Kartono menjelaskan, bukan berarti jamaah bisa berbuat sekenanya di Tanah Suci. Keberadaan di lokasi-lokasi sakral tersebut justru harus dijadikan kesempatan menumpuk amalan dan pahala sembari meminta ampunan atas dosa-dosa terdahulu. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement