Selasa 31 Jul 2018 12:32 WIB

Bimbingan Ibadah untuk Jamaah di Saudi Kini Lebih Intensif

Jumlah pembimbing haji ditambah dan disebar ke 12 sektor di Makkah.

Jamaah haji Indonesia mendapatkan bimbingan ibadah dari petugas haji di Sektor 2 Makkah.
Foto: Republika/Erdy Nasrul
Jamaah haji Indonesia mendapatkan bimbingan ibadah dari petugas haji di Sektor 2 Makkah.

IHRAM.CO.ID, Oleh: Erdy Nasrul dari Makkah, Arab Saudi

MAKKAH -- Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menyelenggarakan bimbingan ibadah untuk jamaah. Program ini dimaksudkan untuk menyegarkan pemahaman tentang rukun Islam terakhir yang menjadi tujuan utama mereka ke Tanah Suci.

“Petugas bimbingan ibadah sekarang lebih banyak,” kata Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daerah Kerja Makkah Ansor Sanusi di Syisyah Makkah, Selasa (31/7).

Jumlah petugas bimbingan ibadah pada tahun lalu hanya empat orang. Mereka mengelilingi hotel jamaah setiap hari. Waktu dan tenaga kala itu tak mencukupi untuk memberikan bimbingan ibadah.

Ansor menjelaskan jamaah sangat antusias. Mereka melontarkan berbagai permasalahan haji yang mereka dapatkan dari berbagai sumber.

Jamaah kemudian meminta penjadwalan ulang karena banyak dari mereka tidak dapat bertanya tentang ibadah haji. Karena keterbatasan tenaga, permintaan mereka tak semuanya dapat diwujudkan.

“Ketika itu kita kewalahan,” kata Ansor.

Penyelenggaraan bimbingan ibadah pada tahun lalu mendapatkan perhatian. Kementerian Agama menilai program tersebut harus lebih diperkuat. Tahun ini, jumlah konsultan ibadah ditambah. Mereka disebar ke 12 sektor yang ada di Makkah.

Petugas membuat jadwal kunjungan dan menyambangi hotel-hotel jamaah. Mereka memberikan bimbingan ibadah, menyegarkan pemahaman mereka tentang haji dan membuka dialog.

Konsultan ibadah di kantor daerah kerja (Daker) juga ada. Setiap hari mereka menyambangi hotel. Jamaah kemudian berkumpul di mushala atau ruang makan. Bimbingan ibadah berlangsung di sana.

Jamaah sudah mendapatkan materi manasik di kampung halaman. Jamaah dari Pulau Jawa misalkan, mendapatkan manasik sebanyak delapan kali. Enam di antaranya berlangsung di kecamatan.

Sisanya di kabupaten/kota. Sedangkan jamaah dari luar Pulau Jawa mendapatkan 10 kali manasik. Delapan di kecamatan. Dua lainnya di kabupaten/kota.

Walaupun demikian, Ansor menjelaskan, jamaah tetap ingin mendapatkan materi yang sama. Sebab, apa yang dialami ketika manasik dengan praktik sebenarnya di Tanah Suci berbeda.

Tempat umrah misalkan, yang sebenarnya di Masjid al-Haram sangat luas. Sementara miniatur Ka’bah di daerah asal mereka dinilai belum menggambarkan situasi yang sesungguhnya.

Selain ibadah, jamaah juga mendapatkan materi tentang kesehatan, perlindungan jamaah, dan lainnya. Mereka diarahkan untuk dapat lebih berhati-hati selama berada di Tanah Suci yang situasinya jauh berbeda.

Selain harus menyesuaikan diri dengan iklim, mereka juga harus memahami kultur masyarakat setempat. “Jadi materi bimbingan yang kita sampaikan komprehensif, mencakup berbagai hal,” kata Ansor.

Para peserta manasik berasal dari berbagai pihak. Yang paling utama adalah petugas kloter, ketua rombongan, dan ketua regu. Dari merekalah materi bimbingan ibadah disebarkan lagi kepada jamaah sehingga memahami bagaimana melaksanakan ibadah haji dengan benar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement