IHRAM.CO.ID, Laporan Erdy Nasrul, Wartawan Republika.co.id dari Makkah
MAKKAH -- Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi mengimbau jamaah mengonsumsi makanan yang masih segar terutama yang didapat dari luar katering. Mereka harus mencicipi terlebih dahulu untuk memastikan layak dikonsumsi atau sebaliknya.
“Pastikan tampilan dan bau masakan masih segar,” kata Kepala Bidang Katering PPIH Arab Saudi Ahmad Abdullah di Syisyah pada Sabtu (4/8) malam.
PPIH, tambah Abdullah, tak dapat menjamin higienitas makanan di luar jatah katering yang dibagikan. Kalau ingin menikmati kelezatan kuliner khas Arab yang ada di sejumlah restoran, maka jamaah harus memeriksa dulu kesegarannya.
Imbauan ini disampaikannya agar jamaah tidak sembarangan mengonsumsi makanan, sehingga kesehatan terjaga. Mereka juga diimbau untuk lebih memprioritaskan konsumsi makanan yang sudah disiapkan PPIH.
Makanan jamaah dikemas dengan kotak alumunium foil, sehingga mudah dihangatkan. Isinya terdiri dari nasi, dan tumisan sayur. Di sampingnya terdapat lauk berupa ayam atau lainnya berupa ikan, telor, dan daging. Menunya berganti-ganti, sehingga mereka tak bosan.
Pada penyelenggaraan haji tahun ini, jamaah haji Indonesia mendapatkan jatah 40 kali makan. Bertambah 15 kali dari jumlah jatah makan tahun lalu. Menu dalam satu hari dipastikan berbeda. Misal, makan siang disiapkan dengan lauk ikan. Pada malam hari, jamaah akan mendapatkan menu ayam atau daging. Sayuran, buah, dan air mineral juga masuk dalam paket makanan.
Ikan dimasak pesmol, balado, asam-manis, dan filet. Menu satu ini diperbanyak berdasarkan permintaan jamaah haji tahun sebelumnya. Berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) 2017, jamaah lebih memilih menu ikan ketimbang daging.
Pilihan itu didasari faktor usia mereka yang kebanyakan sudah lanjut. Tekstur daging ikan lebih lembut bila dibandingkan sumber protein hewani lainnya, sehingga memudahkan mereka menghaluskan makanan.
Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis mengatakan variasi makanan ini diharapkan meningkatkan nafsu makan jamaah. Makanan jamaah di Madinah, Jeddah, dan Makkah, tidak berbeda.
Pada tahun sebelumnya, jamaah haji di Makkah tidak mendapatkan minuman. Kemudian jamaah di tempat lain tidak mendapatkan roti. “Tahun ini semuanya sama. Makanan yang diperoleh jamaah di semua tempat seragam,” kata Sri.
Semua makanan disajikan dengan cita rasa Indonesia. Bumbu yang digunakan berasal dari Indonesia. Sebelum dibagikan, kelayakan makanan dinilai terlebih dahulu oleh tim tata boga yang berasal dari Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.