Sabtu 11 Aug 2018 17:07 WIB

Serangan Jantung, Penyebab Terbanyak Kematian Jamaah Haji

Penyaringan calhaj berisiko tinggi perlu ditingkatkan saat di Tanah Air.

Jamaah haji wafat (ilustrasi).
Foto: Republika/Priyantono Oemar/ca
Jamaah haji wafat (ilustrasi).

IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Penyakit jantung merupakan penyebab terbanyak kematian jamaah calon haji Indonesia. Hingga saat ini, tercatat sudah 52 calon haji yang meninggal dunia.

Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusuf Singka dikutip Media Center Haji mengatakan, penyakit jantung merupakan penyebab kematian tertinggi selama 10 tahun terakhir penyelenggaraan haji. Lebih dari 60 persen jamaah haji yang meninggal tahun ini disebabkan oleh penyakit jantung.

Dia mengatakan pada periode sebelumnya penyakit jantung juga merupakan penyebab kematian calhaj tertinggi. Pada 2017, dari total jamaah meninggal dunia, 47 persen di antaranya karena penyakit jantung. Sementara pada 2016, 52 persen jamaah meninggal dunia juga karena penyakit jantung.

Eka mengatakan perlu pendekatan tersendiri yang ketat dan komprehensif pada jamaah haji berpenyakit jantung. Perlu ada pelibatan ketua regu jamaah haji untuk mengingatkan dan memastikan calhaj disiplin istrahat, minum obat setiap hari dan tidak melaksanakan kegiatan-kegiatan cukup berat.

Baca juga, 52 Jamaah Wafat di Tanah Suci

Untuk mengantisipasi penyakit jantung pada calhaj, dia mengatakan setiap tahun Kementerian Kesehatan selalu mengirimkan dokter spesialis jantung ke Tanah Suci. Pada tahun ini, terdapat lima spesialis jantung yang siaga selama 24 jam di Mekkah.

Dia mengingatkan enam hal yang harus diperhatikan di antaranya mengonsumsi obat setiap hari, membawa obat ke manapun pergi dan jangan kelelahan. Jamaah haji juga harus rutin memeriksakan kesehatan ke dokter, cukup istirahat serta jika sesak nafas agar menghentikan kegiatan dan istirahat.

Spesialis penyakit jantung Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah dr Zakky Kurniawan mengatakan pentingnya penyaringan awal kesehatan calon haji sejak di Tanah Air. Bila yang bersangkutan memiliki risiko tinggi maka harus ada pendampingnya.

"Pendampingnya harus bersedia tidak menjalankan ibadah-ibadah sunah karena harus mendampingi jamaah yang sakit, karena mereka harus benar-benar dipantau minum obatnya, makannya dan istirahatnya," kata dia.

Calon haji dengan risiko tinggi penyakit jantung bisa semakin parah keadaannya saat di Arab Saudi karena iklim yang berbeda dengan di Indonesia. Jamaah usia lanjut lebih sulit beradaptasi dengan iklim di Saudi atau berbeda dengan yang masih muda.

Soal makanan, kata dia, jamaah kadang akan malas makan jika menunya tidak cocok sehingga kekebalannya bisa turun. "Kalau malas makan, imunitasnya akan turun dan jamaah akan mudah sakit," katanya. 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement