Senin 13 Aug 2018 10:29 WIB

Jamaah akan Mengeluarkan Tenaga Ekstra Saat Berada di Armina

Armina menjadi titik sentral pelaksanaan haji yang membutuhkan tenaga ekstra.

Sejumlah jamaah haji tengah memanjatkan doa dan dzikir saat wukuf di Arafah, Ahad (11/9). (Republika/ Amin Madani)
Foto: Republika/ Amin Madani
Sejumlah jamaah haji tengah memanjatkan doa dan dzikir saat wukuf di Arafah, Ahad (11/9). (Republika/ Amin Madani)

IHRAM.CO.ID, Oleh: Erdy Nasrul dari Makkah, Arab Saudi

MAKKAH -- Jamaah haji harus mendapatkan gambaran situasi padang Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armina). Tiga tempat itu menjadi titik sentral pelaksanaan haji yang membutuhkan tenaga ekstra.

Arafah merupakan area tempat berlangsungnya wukuf. Di sana jamaah akan mengikuti berbagai aktivitas keagamaan yang sudah disusun oleh tim petugas haji bidang bimbingan ibadah. Jamaah akan digerakkan menuju Arafah pada 8 Dzulhijjah yang bertepatan dengan Ahad (19/8). Wukuf berlangsung sehari kemudian hingga sore hari.

Ketika mentari terbenam, jamaah digerakkan menuju Muzdalifah untuk bermunajat di sana hingga berganti hari. Pada pukul 01.00 waktu setempat, mereka digerakkan lagi ke tenda Mina. Di sana mereka akan berjalan kaki hingga lima kilometer dari tenda menuju jamarat untuk jumrah aqabah, dan kembali lagi ke tenda.

Kepala Satuan Operasi Armina Jaetul Muchlis mengatakan, rute pulang jamaah bahkan bisa lebih jauh, karena harus memutar. Dari Muashim ke Jamarat misalkan, memang berjarak 2,5 kilometer. Namun, kalau jamaah menginap di area maktab 7 dan 8, maka dipastikan mereka akan berjalan tiga kilometer. Maktab 10 lebih jauh lagi.

Rangkaian belum selesai. Jamaah digerakkan lagi menuju al-Haram untuk tawaf ifadah. “Energi jamaah di sini akan banyak terkuras. Jamaah harus mengetahui rentetan itu semua sehingga mereka bisa mengukur diri,” kata Jaetul Muchlis di Syisyah pada Senin (13/8).

Karena itu, Mina selalu menjadi sorotan. Banyak jamaah mengalami kelelahan di sini. Kondisi demikian harus disampaikan dalam sesi bimbingan ibadah yang menyegarkan pemahaman jamaah tentang manasik haji.

photo
Melempar Jumrah di Jamarat. (Fazry Ismail/EPA)

Tim bimbingan ibadah (bimbad), tim promotif preventif, dan petugas sektor, berperan besar di sini. Mereka harus memegang data siapa saja jamaah yang memerlukan atensi sehingga ketika melempar jumrah terutama, jamaah tersebut akan mendapatkan imbauan yang harus diperhatikan.

Jamaah berisiko tinggi terutama, harus mengetahui kemampuan dirinya, apakah mampu menempuh perjalanan sejauh itu. Kalau tidak, maka jumrah aqabah bisa dibadalkan.

“Silakan konsultasikan kepada tim bimbingan ibadah. Mari bersama-sama mengupayakan keselamatan,” kata Jaetul.

Bimbingan ini dimaksudkan untuk mengedukasi jamaah sepuh dengan kemampuan fisik terbatas, apalagi dengan gelang risti, tidak bisa memaksakan diri. Mereka harus diarahkan bagaimana caranya supaya terhindar dari kelelahan.

Materi yang diberikan memadukan antara pemahaman syariat dan kesehatan fisik. Jaetul menyebut ini sebagai bagian dari edukasi jamaah pra-Armina

Selain itu, ia mengevaluasi pelaksanaan Armina pada penyelenggaraan haji sebelumnya. Ketika itu banyak jamaah kelelahan di jalan menuju Jamarat.

Di sana mereka terduduk di jalan dan terpapar sengatan mentari yang panas. Bahkan tak sedikit yang mendapatkan perawatan intensif akibat kelelahan di jalanan tersebut.

“Tahun ini kita buat tim gabungan menangani jamaah di Mina. Namanya mobile crisis,” katanya.

photo
Perjalanan jamaah haji dari maktab masing-masing, melewati terowongan Mina hingga melontar jumrah.

Tim tersebut terdiri dari petugas perlindungan jamaah dan kesehatan. Ada tim Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji (P3JH), Tim Promotif Preventif (TPP), dan Tim Gerak Cepat (TGC). Semuanya bergerak menyisir jamaah haji di jalan menuju Jamarat.

Petugas haji juga akan disebar di sejumlah pos: Jamarat I, II, dan III, terminal bus, dan Syisyah. Gerak petugas akan lebih dulu dari jamaah.

Mereka menyambut jamaah di pos-pos tersebut. Ketika ada yang membutuhkan pertolongan, petugas langsung merespons.

Kepadatan Mina akan terurai ketika nafar awal selesai. Sebagian jamaah pada 12 Dzulhijjah kembali ke hotel. Yang tersisa adalah jamaah nafar sani yang memaksimalkan mabit di Mina sampai akhir hari tasyrik.

Direktur Jenderal Penyelenggara Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Nizar Ali mengatakan penanganan jamaah di Mina tak lagi menjadi konsentrasi satu daerah kerja. Biasanya di sini menjadi tanggung jawab petugas Daker Madinah. Namun, kini diserahkan kepada semua petugas PPIH.

Petugas dari Daerah Kerja Bandara, Makkah, dan Madinah, sama-sama dilibatkan.  “Semuanya menyatu dan saling bersinergi,” kata Nizar.

Petugas nanti akan memberikan bantuan seperti air minum dan segala pertolongan yang dibutuhkan jamaah. Setiap petugas akan mengukur kemampuan jamaah dan berkoordinasi dengan lainnya untuk memberikan bantuan yang diperlukan.

Prioritas petugas haji di Mina adalah kesehatan dan keselamatan jamaah. Meski telah melaksanakan lempar jumrah, jamaah harus terhindar dari berbagai penyakit. Istirahat mereka harus dipastikan cukup.

Baca juga: Jamaah Risti Jangan Paksakan Diri Lakukan Ritual Haji

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement