Senin 13 Aug 2018 18:10 WIB

PPIH tak Fasilitasi Tarwiyah

Tarwiyah bukan bagian dari rukun atau pun wajib haji.

Jamaah haji Indonesia yang melakukan haji tarwiyah mulai berangkat menuju Mina, Selasa malam (29/8).
Foto: ROL/Ani Nursalikah
Jamaah haji Indonesia yang melakukan haji tarwiyah mulai berangkat menuju Mina, Selasa malam (29/8).

IHRAM.CO.ID, OLEH ERDY NASRUL dari Makkah

MAKKAH — Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) mengimbau jamaah haji yang mengikuti tarwiyah untuk bertanggung jawab atas diri sendiri. Pemerintah Indonesia tidak akan memfasilitasi keperluan mereka selama melaksanakan tarwiyah di Mina.

“Kita tidak ada program tarwiyah. Jamaah langsung digerakkan ke Arafah. Ini prosedur standar,” kata Kepala Daerah Kerja Makkah Dr Endang Jumali di Syisyah Makkah pada Ahad (12/8).

Tarwiyah bukan bagian dari rukun atau pun wajib haji, sehingga bisa ditinggalkan. Sunah ini berdasarkan pada pengalaman Rasulullah yang suatu ketika berhaji dengan mengunjungi Mina (tarwiyah) untuk mengumpulkan perbekalan air minum. Setelah itu baru berangkat menuju Arafah untuk wukuf.

Endang menjelaskan, Muslim di era Rasulullah memang membutuhkan perbekalan. Sedangkan sekarang, perbekalan itu sudah disiapkan panitia, sehingga jamah bisa langsung wukuf.

Baca Sebelumnya: Kisah Inspiratif Pasangan Tuna Netra Asal Malaysia

Jika jamaah melaksanakan Tarwiyah, maka pertama kali akan bergerak ke Mina terlebih dahulu pada tanggal 8 Dzulhijjah. Keesokan harinya mereka baru bergerak ke Arafah menyusul jamaah haji lainnya yang sudah berwukuf. Pada sore harinya mereka akan dipindahkan ke Muzdalifah untuk bermalam. Pada pukul 1.00 dinihari mereka digerakkan ke Mina untuk jamarat.

Dari tenda jamaah harus berjalan kaki minimal empat kilometer menuju jamarat dan kembali ke tenda. Setelah itu mereka diajak untuk tawaf ifadah. “Jangankan yang tarwiyah, yang langsung wukuf saja sudah sangat kelalahan,” Kata Endang.

Jamaah yang Tarwiyah juga mengganggu kelancaran transportasi jamaah yang menuju Arafah. Sebab mereka mengambil jatah bus masyair pengangkut jamaah yang lebih mendahulukan pelaksanaan rukun haji.

Lalu lintas menuju Mina pada saat puncak haji memang lengang, karena jamaah terfokus pada Arafah. Akses menuju padang pertemuan Adam dan Hawa itu akan sangat padat. Dalam hal ini, yang melaksanakan tarwiyah lebih diuntungkan.

Berdasarkan pengalaman penyelenggaraan haji tahun sebelumnya, banyak jamaah haji yang melaksanakan tarwiyah mengalami gangguan kesehatan. Pada tahun lalu jumlah jamaah yang mengikuti tarwiyah mencapai 17 ribu orang. Banyak dari mereka yang letih, karena tak menyangka akan mengikuti rangkaian ibadah dan mobilisasi yang lebih berat.

Baca Sebelumnya: Haji dan Nilai Kebencanaan

Jika jamaah masih menginginkan tarwiyah, maka mereka harus membuat surat pernyataan yang ditandatangani untuk menanggung kerugian yang dihadapi nanti. Surat tersebut berfungsi untuk pendataan dan pengawasan bila ada kejadian luar biasa. Setelah membuat surat pernyataan, mereka akan berkoordinasi dengan maktab yang selanjutnya disampaikan ke muassasah.

Meski tarwiyah tidak masuk dalam ketentuan taklimatul haj, maktab dan muassasah membuka pelayanan hal itu kepada jamaah yang menghendaki. Akan ada biaya tambahan yang harus dibayarkan ke maktab. Jumlahnya beragam sesuai yang sudah ditentukan oleh masing-masing kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH) di Tanah Air.

Berdasarkan data yang ada, sebanyak 3.665 orang sudah mendaftarkan diri untuk tarwiyah. Jumlah mereka masih mungkin bertambah karena masih ada jamaah haji yang berangkat dari Tanah Air.

Anggota Seksi Bimbingan Ibadah Daker Mekkah KH Masrur Ainun Najih mengatakan dalam hal penyelenggaraan ibadah haji, pemerintah berpedoman kepada keabsahan atau sahnya ibadah haji jamaah. “Tidak pada afdhaliyat atau keutamaan,” kata Wakil Ketua Rabithah Ma’ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama ini.

Masrur juga menegaskan bahwa pemerintah tidak menyelenggarakan program tarwiyah, tetapi juga tidak melarang jika ada jamaah yang hendak melakukannya. Namun demikian, ketua kloternya harus melapor kepada kepala sektor di mana jamaah berada. Jamaah harus menanggung risiko masing-masing atas segala akibat yang ditimbulkan dari melakukan program tarwiyah dengan membuat pernyataan tertulis.

Dia mengungkapkan, sebagaimana pelaksanaan ibadah haji tahun-tahun yang lalu, jamaah yang tergabung dalam Persatuan Islam (Persis), Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dan sebagian anggota Muhammadiyah biasanya mengadakan tarwiyah.

Kepala Seksi Bimbingan Ibadah Daker Makkah Ansor Sanusi mengimbau jamaah untuk lebih mendahulukan rukun dan wajib haji. Tarwiyah bukan bagian dari keduanya, dan merugikan jamaah lanjut usia yang kemampuan dirinya sudah berkurang.

Ansor berharap jamaah yang mengikuti Tarwiyah tidak sebanyak tahun sebelumnya. Sebisa mungkin mereka harus mendahulukan wukuf di Arafah dan rangkaian ibadah selanjutnya hingga tawaf ifadah dan menyelesaikan nafar pertama atau kedua.

Pihaknya menduga ada faktor lain yang menyebabkan maraknya jamaah melaksanakan tarwiyah. Bukan dari kemauan jamaah sendiri, bisa jadi ini diorganisasi oleh pihak tertentu yang memanfaatkan musim haji untuk kepentingan bisnis.

Ansor mengatakan, beberapa hal yang menyangkut ibadah jamaah akan menjadi bagian dari evaluasi penyelenggaraan haji secara keseluruhan. Nantinya akan ada perbaikan untuk pelaksanaan haji yang lebih mengutamakan keselamatan dan kenyamanan jamaah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement