Rabu 15 Aug 2018 12:37 WIB

Jamaah Risti Butuh Perhatian Lebih

Jamaah yang satu regu dengan mereka kerap membantu pelaksanaan ibadah jamaah risti.

Seorang petugas haji menggendong jamaah risti saat tiba dari Madinah ke Makkah, Kamis (10/8)
Foto: Nashih Nashrullah Republika
Seorang petugas haji menggendong jamaah risti saat tiba dari Madinah ke Makkah, Kamis (10/8)

Laporan Wartawan Republika.co.id, Erdy Nasrul dari Makkah, Arab Saudi

IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Jamaah berisiko tinggi (risti) membutuhkan perhatian lebih banyak. Mereka bersemangat untuk meningkatkan ibadah selama di Tanah Suci, tapi fisik mereka terbatas. Jamaah yang satu regu dengan mereka kerap membantu pelaksanaan ibadah jamaah risti.

Ketua rombongan tiga kelompok terbang JKG 12 Ali Yasri menceritakan pengalamannya mengatur 10 jamaah haji. Hanya dia dan istrinya yang berusia muda. Selebihnya adalah jamaah risti yang mengenakan gelang khusus.

Ali mempertanyakan nasib jamaah yang dipimpinnya ketika puncak haji, terutama saat melempar jumrah di Mina. Di sana jamaah harus berjalan kaki hingga lima kilometer dari tenda menuju area jamarat. “Apakah ada fasilitas yang disediakan untuk memudahkan jamaah risti melaksanakan lempar jumrah, terutama aqabah, yang merupakan rukun haji,” katanya di Syisyah pada Rabu (15/8).

Pihaknya berharap ada bantuan dari petugas haji untuk memudahkan jamaah risti melaksanakan lempar jumrah hingga nafar awal yang selesai pada 12 Dzulhijjah sore. Jamaah risti setidaknya difasilitasi dengan kursi roda yang didorong petugas menuju jamarat dan kembali ke tenda kemah mereka.

photo
Jamaah calon haji menggunakan kursi roda.

Kepala Biro Humas dan Informasi Kementerian Agama Mastuki mengatakan ada fasilitas kursi roda dan tandu yang akan dimanfaatkan petugas. Tim Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji (P3JH), Tim Gerak Cepat (TGC), Tim Promotif Preventif (TPP), dan personel perlindungan jamaah (Linjam) akan memanfaatkan alat bantu tersebut. “Namun jumlahnya terbatas,” ujar Ali.

Ketua Bimbingan Ibadah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi KH Ali Zawawi mengimbau jamaah risti tidak memaksakan diri melaksanakan lempar jumrah. Mereka harus mengukur kemampuannya, apakah mampu berjalan jauh menuju jamarat, terutama pada siang menjelang sore yang sangat terik.

Berdasarkan pengalaman penyelenggaraan haji sebelumnya, jamaah lanjut usia, tak terkecuali yang risti, memaksakan diri berjalan menuju jamarat. Mereka ingin sekali saja melaksanakan jumrah aqabah yang merupakan rukun haji. Lempar jumrah selanjutnya yang menjadi bagian wajib haji biasanya sudah diwakilkan jamaah yang lebih muda.

Kebiasaan ini menurutnya harus diubah. Jamaah harus menyadari kemampuan dirinya. Kalau dipaksakan, mereka akan kelelahan. Kondisi kesehatannya akan menurun drastis. Bahkan, sangat mungkin mereka akan jatuh pada kondisi yang lebih parah.

Ali Zawawi memberikan opsi badal jumrah bagi jamaah uzur. Rukun haji berupa jumrah aqabah dan tawaf ifadah akan dikerjakan orang lain yang disiapkan PPIH. Petugas badal akan melaporkan ibadahnya kepada PPIH bahwa ibadah yang menjadi bagian rukun haji jamaah risti sudah dilaksanakan. Kemudian jamaah yang rukun hajinya dibadalkan akan melaksanakan tahalul. “Ini demi kemaslahatan bersama. Kesehatan dan keselamatan jamaah harus lebih diutamakan,” imbuhnya.

Kepala Pusat Kesehatan Haji dr Eka Jusup Singka menegaskan kelelahan menjadi pemicu utama kondisi jamaah berpenyakit jantung semakin memburuk. Para pendamping, ketua regu, ketua rombongan, dan TKHI, harus memantau dan mengingatkan jamaah risti ini untuk menjaga kondisi fisik.

photo
Jamaah haji menggunakan kursi roda 

Beberapa hari lagi mereka akan berkumpul di Arafah untuk wukuf. Oleh karenanya fisik jamaah harus benar-benar dipersiapkan. “Kontrol dua hari sekali ke dokter di masing-masing kloter, minum obat dan makan serta istirahat yang cukup agar badan tidak lemas. Ikuti saran dari petugas kesehatan. Bila ada keluhan segera temui dokternya,” tegas Eka.

Pihaknya mencatat sebanyak 127.377 orang (66,86 persen) jamaah haji adalah berisiko tinggi. Data di KKHI Makkah menyebutkan 1.155 orang telah dirujuk ke KKHI dengan total jamaah yang dirawat mencapai 479 orang. Sementara jamaah yang masih dirawat inap di KKHI berjumlah 167 orang dan di rawat di RSAS sebanyak 108 orang. Kelelahan menjadi pemicu utama para jamaah mengalami gangguan kesehatan.

"Penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian tertinggi pada jemaah haji kita, yaitu 33 kasus atau 56,89 persen. Kita harus benar-benar mengawasinya," jelas Eka.

Penyuluhan kesehatan di hotel jamaah saat ini telah melibatkan para dokter spesialis jantung, tidak hanya dilakukan oleh Tim Promotif Preventif seperti sebelumnya. Pihaknya menginginkan jamaah haji Indonesia bisa melaksanakan ibadah dengan baik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement