IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengatakan hanya jamaah calon haji Indonesia yang mendapatkan uang saku atau living cost untuk keperluan jamaah sehari-hari selama di Tanah Suci. "Hanya Indonesia yang membekali jamaahnya dengan uang saku," kata Lukman di Mekkah, Arab Saudi, Sabtu (18/8-.
Dia mengatakan sistem uang saku itu tidak dimiliki negara lain. Ada pun pemberian uang itu diambil dari dana yang disetor jamaah calon haji.
Dengan adanya uang saku menjadi bekal membeli berbagai keperluan jamaah tanpa harus repot melakukan penukaran uang dan tidak perlu membawa uang yang berlebih di Tanah Suci. Uang saku itu senilai 1.500 riyal atau setara mendekati Rp 6 juta. Uang itu sangat penting terutama saat H-3 hingga H+2 fase Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armina) karena pada periode itu jamaah tidak mendapatkan layanan katering dan bus shalawat.
Living cost bisa dipakai jamaah untuk membeli makanan dan membayar biaya transportasi ketika di Saudi pada waktu Armina. "H-3 hingga H+2 fase Arafah, Muzdalifah dan Mina layanan katering dihentikan karena tidak ada angkutan," kata dia.
Angkutan di kawasan Makkah terpantau padat, terutama di area Masjid al-Haram, menjelang fase puncak Armina pada 20 Agustus. Arus kendaraan menuju dan dari Masjid al-Haram tergolong padat merayap.
Kendati demikian, jamaah Indonesia sudah mulai tidak banyak beraktivitas di Masjid al-Haram seiring imbauan pemerintah agar mereka fokus beribadah di masjid dekat hotel guna menjaga kebugaran jelang Armina, terutama saat wukuf di Arafah.