Ahad 19 Aug 2018 22:31 WIB

Ingat Khutbah Wada’ di Arafah

ada esensi kemanusiaan yang lebih luas dari rangkaian ibadah tersebut.

Haji
Haji

IHRAM.CO.ID, Oleh Fitriyan zamzami dari Makkah

MAKKAH -- Pelaksanaan wukuf di Arafah pada puncak haji nanti diharapkan tak hanya sekadar jadi upaya jamaah memeroleh pahala pribadi. Jamaah juga diminta menghayati pesan khutbah wada’ yang pernah disampaikan Rasulullah SAW di lokasi tersebut, terlebih menengok kondisi dunia saat ini.

“Jadi kita harus berupaya juga mengamalkan khutbah itu,” kata Wakil Amirul Hajj Indonesia Prof Dadang Kahmad di Makkah, Kamis (16/8) malam.

Rasulullah dalam pelaksanaan haji terakhirnya berhenti sejenak di Wadi Uranah untuk menyampaikan khutbah tersebut sebelum berwukuf di Arafah. Khutbah itu berisi berbagai pesan penting untuk umat Islam.

Rasulullah diriwayatkan mengatakan dalam khutbah itu bahwa kemuliaan manusia bukan diukur dari ras atau suku bangsanya, tapi dari ketakwaannya. “Di Tengah merebaknya etnosentris saat ini, pesan itu harus diingat. Bahwa kita tidak bisa mengklaim kebudayaan sendiri lebih baik dari kebudayaan orang atau sebaliknya,” kata Prof Dadang.

Ia juga menekankan, banyak esensi hak asasi manusia terkandung dalam khutbah wada’ tersebut. Mulai larangan melakukan kezaliman hingga larangan merendahkan perempuan dan keadilan ekonomi melalui pelarangan tiba. “Ini kalau didengungkan sebagai rekomendasi Arafah akan punya efek luar biasa,” kata dia.

Sayangnya, menurut Prof Dadang, sejauh ini ibadah haji, khususnya wukuf di Arafah lebih kerap sebagai ibadah-ibadah individual. “Orang lebih banyak berkontemplasi soal egoisme beragamanya saja,” kata dia.

Padahal, ada esensi kemanusiaan yang lebih luas dari rangkaian ibadah tersebut. Dengan tak melupakan unsur hubungan masing-masing jamaah dengan Allah, jamaah juga mestinya tetap menjadikan wukuf di Arafah sebagai pijakan untuk hubungan antar manusia.

“Berbagai etnis, berbagai warna kulit berkumpul di sana (Arafah). Ini menunjukkan agama kita adalah agama yang sangat menghargai perbedaan,” kata ketua PP Muhammadiyah yang juga merupakan guru besar sosiologi agama di UIN Sunan Gunung Djati tersebut.

Ia menyarankan, esensi khutbah wada’ yang disampaikan Rasulullah harus dicantumkan dalam setiap khutbah yang nantinya disampaikan kepada jamaah Indonesia. Dengan demikian, jamaah bisa diingatkan soal aspek yang lebih universal dari ibadah haji dan wukuf di Arafah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement