Senin 20 Aug 2018 14:00 WIB

Meningkatkan Kualitas Diri

Melakukan wukuf dengan baik dan benar dinilai dapat meningkatkan makhrifat.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Agung Sasongko
wukuf
Foto: rep
wukuf

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Wukuf di Arafah adalah salah satu rukun haji yang mengharuskan jamaah haji hadir dan berada di sekitar Arafah. Wukuf wajib dilakukan oleh semua jamaah haji yang melaksanakan ibadah haji. Melakukan wukuf dengan baik dan benar dinilai dapat meningkatkan makhrifat.

Menurut cendekiawan Muslim, Prof KH Didin Hafidhuddin, wukuf adalah puncak ibadah haji, dalam hadis dikatakan inti ibadah haji melakukan wukuf di Arafah. Arafah seakar kata dengan makhrifat. Makhrifat adalah penghayatan yang mendalam tentang eksistensi dirinya dan pengabdian kepada Allah SWT.

"Orang yang melaksanakan wukuf di Arafah, diharapkan makhrifat orang tersebut semakin dalam dan tinggi sehingga sepulang dari Makkah dia hanya melakukan pengabdian yang absolut hanya kepada Allah SWT," kata KH Didin kepada Republika.co.id, Senin (20/8).

Ia menerangkan, saat melakukan wukuf dimulai dengan memanjatkan doa, membaca istigfar dan melaksanakan shalat. Mereka membersihkan hati saat melaksanakan wukuf supaya terjadi koneksi atau hubungan antara jamaah haji dan Allah SWT. Saat melakukan wukuf akan terasa kedekatan manusia dengan Allah SWT.

Baca: Jamaah Laksanakan Wukuf

Menurutnya, jamaah yang sedang melaksanakan wukuf dianjurkan membaca amalan yang sifatnya umum. Saat masuk waktu Dzuhur dimulai dengan khutbah, dalam khutbah tersebut disampaikan nasihat-nasihat tentang tobat. Khutbah tersebut juga menyampaikan tentang peningkatan kualitas diri.

"Kemudian shalat berjamaah dengan jama' takdim Ashar ditarik ke Dzuhur, kemudian diteruskan dengan membaca Alquran, memperbanyak amalan ibadah yang tujuannya menguatkan hati, keimanan dan keyakinan," ujarnya.

KH Didin mengingatkan, saat wukuf manusia harus ingat bahwa dirinya makhluk yang banyak dosa dan berbuat salah. Maka saat wukuf di Arafah, manusia harus berusaha mendekatkan diri kepada Allah SWT.

KH Didin juga menjelaskan, ada tiga persyaratan untuk menjadi haji yang mabrur. Pertama, punya ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pelaksanaan ibadah haji. Jadi tidak boleh berhaji tanpa ilmu. Kedua, ada keikhlasan dan motivasi yang kuat saat melaksanakan ibadah haji. Niat melaksanakan ibadah haji harus benar-benar karena Allah SWT.

"Ketiga, dengan biaya yang halal dan bersih, jadi biaya yang digunakan (untuk ibadah haji) bukan biaya yang kotor, bukan biaya yang didapat dengan cara tidak benar," jelasnya.

Dia mengatakan, setelah melaksanakan ibadah haji, jamaah diharapkan terus berusaha berbuat baik dan membersihkan hati serta pikiran. Tanda-tanda jamaah haji yang mabrur seperti dikatakan para ulama, perilaku orang yang hajinya mabrur lebih baik dari sebelumnya.

KH Didin mencontohkan, sebelum haji jarang shalat berjamah di masjid, setelah berhaji terus melaksanakan shalat berjamaah di masjid. Sebelum berhaji kurang memperhatikan anak yatim dan orang-orang miskin.

Setelah berhaji jadi lebih memperhatikan anak yatim dan orang-orang miskin. Jadi haji yang mabrur peningkatan kualitas dirinya nampak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement