IHRAM.CO.ID, JAKARTA--Wakil Ketua Komisi VIII DPR Ace Hasan Syadzily menilai ke depan Pemerintah Indonesia perlu kembali berdiplomasi dengan Pemerintah Arab Saudi. Ini karena persoalan kapasitas tenda yang tidak memadai saat jemaah haji berada di Mina.
Ia berharap Menteri Agama meminta otoritas Arab Saudi agar memperhatikan kenyamanan jamaah baik di Arafah dan Mina yang kerap terjadi saat pelaksanaan ibadah haji.
"Dalam rapat kerja Menteri Agama yang juga dihadiri Dubes Indonesia untuk Arab Saudi, saya menyampaikan perlunya diplomasi ke Pemerintah Arab Saudi terkait daya tampung Arafah dan Mina serta kenyamanan jamaah di dua tempat tersebut," ujar Ace saat dihubungi wartawan, Kamis (23/8).
Menurut Ace, persoalan kapasitas tenda di Arafah maupun Mina memang selalu terjadi tiap tahun. Karena itu, ia menilai hal tersebut harus menjadi evaluasi Komisi VIII DPR kepada Pemerintah.
"Sebetulnya, bukan hanya keberadaan tenda yang masih belum memadai utk menampung jamaah haji Indonesia, namun juga jaraknya yang jauh dari tempat jamarat (lempar jumroh)," ujar Ace.
Politikus Golkar itu pun berjanji akan membicarakan hal tersebut dengan Kementerian Agama untuk mencari solusi yang tepat dalam mengatasi tenda di Mina ini.
"Ya itu termasuk soal pengaturan yang dilakukan Pemerintah Arab Saudi, saya menilai perlu diplomasi kembali ke Pemerintah Arab Saudi;" ujarnya.
Diketahui, sejumlah jamaah mengeluhkan kondisi tenda haji Indonesia di Mina. Dari persoalan ruangan yang tak cukup guna menampung serombongan hingga persoalan bercampurnya jamaah laki-laki dan perempuan jadi sorotan.
“Tolong disampaikan, kasihan ini jamaah-jamaah tidur di jalan-jalan,” kata Maemun (50 tahun) seorang jamaah Kloter 14 Medan yang tinggal di salah satu tenda di Maktab 49, Mina, Selasa (21/8) malam.
Di luar tendanya, memang nampak sejumlah jamaah laki-laki nampak tidur di jalan yang memisahkan tenda-tenda di maktab tersebut. Mereka menuturkan, tak dapat tempat di dalam yang sudah terlalu penuh.
Ratusan jamaah Indonesia juga nampak tidur tercecer di Masjid Bar, tak jauh dari maktab-maktab 20-30-an. Salah satunya, Bima (24 tahun) asal Pekayon, Bekasi. Ia mengatakan terpaksa tidur di wilayah masjid karena tenda-tenda tak muat menampung mereka.
Sementara masjid itu sendiri sedianya sudah penuh dengan jamaah dari negara-negara lain seperti Turki dan Pakistan. “Nyari tempat yang luas di masjid ternyata juga penuh,” kata dia.
Di tenda-tenda lain di Maktab 70 dan Maktab 69 juga nampak satu tenda ditempati jamaah laki-laki dan perempuan sekaligus. Hal ini memaksa para perempuan mengantri panjang di toilet-toilet untuk berganti baju.