Laporan Wartawan Republika.co.id, Fitriyan Zamzami dari Makkah, Arab Saudi.
IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Jamaah Indonesia yang lepas melaksanakan lontar jumrah dan mulai ramai mendatangi Masjidil Haram untuk melaksanakan tawaf ifadhah mengalami kesulitan pulang ke pemondokan masing-masing di Makkah. Layanan transportasi, baik yang disediakan pihak maktab maupun komersial ditemukan beberapa kali menurunkan jamaah di tepi jalan, jauh dari hotel mereka tinggal.
Selepas melontar jumrah selepas fajar, Jumat (24/8), jamaah Indonesia sedianya langsung didorong dari maktab di Mina ke hotel masing-masing di Makkah. Kendati demikian, sejumlah proses pemulangan diwarnai keributan antara jamaah dan sopir karena jamaah tak diantar persis ke depan hotel tempat mereka tinggal.
Di antara yang mengalami kejadian itu adalah jamaah dari Kloter 10 Embarkasi Lombok dan Kloter 94 Embarkasi Solo. Mereka diangkut tiga bus yang masing-masing berkapasitas sekira 45 penumpang.
Baca: Jamaah Sewa Kursi Roda untuk Melontar Jumrah
Mereka nampak diturunkan begitu saja dipinggir jalan. Sopir mengisyaratkan, mereka tak bisa ke hotel karena jalan ditutup. Hotel jamaah tersebut berada di wilayah Mahbas Jin, tapi sopir bus menurunkan paksa penumpang di Aziziah, sekitar tiga kilometer dari hotel tempat mereka tinggal. Para jamaah kesal diturunkan begitu jauh karena masing-masing masih membawa koper jinjing dari maktab di Mina.
Kemarahan jamaah haji juga dipicu karena sebelum bus berangka, sopir dan kernet meminta “baksis” alias tambahan tip dari masing-masing jamaah haji sebesar satu hingga lima riyal Arab Saudi. “Eh ternyata malah diturunin di pinggir jalan begitu saja," kata salah seorang jamaah dalam rombongan itu.
Beberapa petugas kloter juga marah karena beberapa jamaah haji yang sakit juga diminta turun dari bus. Alhasil jamaaah dan sopir berdebat dalam bahasa masing-masing dan tak saling mengerti.
Akhirnya, jamaah tetap diturunkan jauh dari hotel. Salah satu di antara mereka sempat pingsan kelelahan. Petugas haji Indonesia yang menemukan rombongan tersebut akhirnya mendatangkan mobil operasional milik Media Center Haji (MCH) dari Daker Madinah. Jamaah yang sakit dan pingsan kemudian dibawa ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah.
Jamaah lain diminta berteduh di hotel-hotel di sepanjang jalan yang ditempati jamaah haji Indonesia. Jamaah yang lansia juga diajak ke kantor Daker Makkah di Sysyah untuk beristirahat. "Bapak-ibu tenang saja dulu di sini. Nanti kami antar ke hotel," kata Direktur Bina Haji Kementerian Agama Khoirizi H Dasir di kantor Daker Makkah.
Sementara itu, Kasi Transportasi Daker Madinah Sri Darfathihati meminta jamaah yang ditelantarkan layanan transportasi berteduh dulu di hotel-hotel lain yang ditempati jamaah haji Indonesia. "Nanti setelah Shalat Jumat dan lalu lintas lancar, kami akan jemput jamaah itu dan mengantar ke hotel masing-masing," ujar Sri.
Transportasi komersial yang melintas di Masjidil Haram untuk mengangkut jamaah juga kedapatan menurunkan jamaah jauh dari hotel mereka. Di Masjidil Haram, ada angkutan-angkutan taksi dan mobil minibus yang mengangkut jamaah dengan bayaran lima hib=ngga 30 riyal Arab Saudi. Meski begitu, seperti dialami sejumlah jamaah asal Sumatra Utara pada Jumat (24/8), angkutan-angkutan itu tak membawa sampai ke depan hotel.
Hari itu, Hambali Siregar, salah seorang jamaah asal Padang Lawas beserta istri dan dua rekan mereka diturunkan sekitar satu kilometer dari hotel. Mereka yang seluruhnya sudah berusia lanjut, harus berjalan kaki menuju hotel di Sektor 1 di wilayah Syisyah.