IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mensyukuri fase Arafah, Muzdalifah,dan Mina dapat berlangsung lancar. "Alhamdulillah fase krusial sudah dilewati tanpa masalah berarti, mulai dari prawukuf, wukuf hingga pascawukuf," kata Lukman di Makkah, Sabtu (25/8).
Dia mengatakan jumlah jamaah meninggal saat Armina, Muzdalifah, dan Mina yang turun itu salah satu faktornya tidak terlepas dari kinerja petugas haji yang jumlahnya sekitar 4.800 orang untuk melayani seluruh jamaah Indonesia yang tidak kurang dari 221 ribu orang.
Fase Armuzna kerap disebut sejumlah pihak sebagai titik fatal jika tidak ditangani dengan baik karena jamaah haji harus memiliki fisik prima dalam menjalani ibadah di tiga tempat tersebut.
Stamina jamaah terkuras saat wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah serta menginap dan melempar jumrah di Mina.
Dalam tiga hari jamaah akan kekurangan waktu istirahat dengan fasilitas tidak senyaman hotel karena harus tinggal di perkemahan dengan bentang alam yang didominasi kawasan bukit tandus serta memiliki suhu lebih dari 40 derajat Celcius saat siang hari.
Di fase Mina, jamaah yang mabit harus menuju Jamarat untuk melempar batu jumrah dengan berjalan kaki menempuh jarak kurang lebih lima kilometer pulang pergi di bawah teriknya matahari siang. Untuk jamaah yang berkemah di Mina Jadid, jarak bisa lebih dari lima kilometer berjalan kaki.
Untuk jamaah dengan kendala kesehatan, sudah uzur atau berusia lanjut sangat rentan terganggu kebugarannya. Meski mereka diimbau tidak lempar jumrah,mereka tetap berangkat dengan segala kendala fisiknya. Beberapa jamaah yang tidak mampu biasanya tumbang di tengah jalan.
Total jamaah meninggal di fase Armina, Muzdalifah, dan Mina tahun ini adalah 34 orang dengan rincian tujuh di Arafah, lima di Muzdalifah dan 22 di Mina. Total hingga saat ini jamaah meninggal selama musim haji 2018 adalah 163 orang. Sementara pada 2017, total jamaah meninggal total 229 orang dyang 17 di antaranya wafat di Arafah dan 48 di Mina.