Laporan Wartawan Republika.co.id, Fitriyan Zamzami dari Jeddah, Arab Saudi
IHRAM.CO.ID, “Satu, dua, tiga, empat, lima…”. Surya Maulana (24) nampak menghitung deretan koper jinjing berwarna biru yang ia bariskan dengan rapi di Plaza D4 Bandara King Abdulaziz, Jeddah pada Selasa (28/8). “Enam, tujuh, delapan, sembilan, sepuluh, sebelas. Sudah semua,” kata dia menuntaskan hitungan.
Waktu Dzhuhur sudah masuk di Jeddah saat ia selesai membereskan deretan koper-koper tersebut. Ia kemudian pergi sebentar untuk menunaikan shalat di mushala bandara di plaza yang sama. Ayahnya, Nurai Rais Sambo (62 tahun) ikut dibelakangnya selesai mengambil wudhu.
Genap sebelas koper tersebut dibariskan rapi bukan sekadar karena masing-masing empunya dari satu rombongan. Sebelas-sebelasnya adalah milik Rais Sambo dan keluarga besar yang ia angkut ke Tanah Suci tahun ini. “Iya, siapa lagi kalau bukan saya yang bayarin,” kata dia berkelakar di sela tawa anggota keluarganya.
Berasal dari Desa Rawa Kidang, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang, Rais Sambo membawa serta istrinya, seoranng adik kandung, empat orang anak, tiga menantu dan satu cucu ke Tanah Suci. Rais yang paling tua dan cucunya, Nadia (18 tahun) yang paling muda.
Rais mula-mula pergi ke Tanah Suci bersama saudaranya pada 1978 silam dalam usia yang masih sangat muda, sekitar 22 tahun. Kerinduan membawanya kembali ke Tanah Suci bersama sang istri pada 1993.
Sejak itu, Rais Sambo punya mimpi lagi berhaji beramai-ramai dengan keluarganya. Ia mencoba memenuhi biaya untuk mewujudkan mimpi itu dengan menabung hasil panen sawahnya di Tangerang. Setiap musim panen yang setahun dua kali itu tiba, sedikitnya Rp 50 juta ia sisihkan semata untuk berhaji bersama keluarga. “Yang separuh lagi saya putarkan kembali untuk modal bertani,” kata dia.
Saat tabungan dirasa sudah cukup, ia kemudian mendaftarkan sebagian anggota keluarganya pada akhir 2011 lalu. Sebagian lainnya baru bisa didaftarkan pada awal tahun setelahnya. Artinya, masih ada anggota keluarga Rais Sambo yang bakal berangkat pada 2021 nanti seturut antrean haji yang sudah telanjur mengular panjang itu.
Rais Sambo tak menyangkal, ia diberi kelimpahan harta dibandingkan kebanyakan orang lain sehingga bisa berhaji sekeluarga dan mensyukuri hal tersebut. Kendati demikian, ia mengingatkan, masih banyak yang lebih berada dari dirinya namun tak juga kunjung pergi ke Tanah Suci.
"Orang lain banyak yang lebih kaya ada di kampung saya, tapi alhamdulillah saya bisa mengajak berangkat haji bareng keluarga," kata dia. Ia meyakini, berhaji adalah soal panggilan Allah SWT. Jika Yang Maha Kuasa sudah berkehendak, siapapun bisa didatangkan–Nya ke Tanah Suci.
Siti (20 tahun) salah seorang menantu Rais Sambo mengatakan pergi haji dalam rombongan keluarga besar tersebut punya suka-dukanya sendiri. Menurutnya, mereka selalu bersama sejak di kampung hingga ke Tanah Suci. Ini mengingat tempat tinggal keluarga besar itu memang tak berjauhan. “Di samping rumah Bapak ada rumah anak pertama, terus anak kedua, anak ketiga, sampai seterusnya,” kata dia.
Selama di Tanah Suci, kamar yang digunakan menginap juga selalu diupayakan sama dan hanya dibedakan lelaki dan perempuan. Mereka harus kerap menawar ke jamaah lain untuk bersedia bertukar kamar agar bisa terus bersama-sama satu keluarga. Saat melakukan ibadah atau ziarah, mereka juga jarang lepas satu sama lain. “Paling enggak ada empat yang berangkat sama-sama, jadi kayak wisata aja,” kata dia.
Surya Maulana juga mengatakan senang bisa berangkat bersama keluarga besarnya. Saat bersama-sama, ia mengatakan, mereka merasa lebih aman dan tenang di Tanah Suci. Demikian juga yang dirasakan Nadia. Nadia yang akan segera berkuliah ini mengaku sangat senang bisa menghabiskan waktu bersama keluarga di Tanah Suci terlebih dulu. “Seneng banget pergi bareng keluarga,” kata dia.