IHRAM.CO.ID, JEDDAH -- Kondisi sebagian jamaah yang berisiko tinggi terkena penyakit membuat tenaga kesehatan yang tergabung dalam PPIH Arab Saudi maupun yang mendampingi kloter dari Tanah Air harus terus dalam keadaan siaga dan siap menangani kasus-kasus darurat. Dalam sejumlah kesempatan, tindakan lekas yang dilakukan dokter-dokter Indonesia terbukti krusial menyelamatkan nyawa jamaah.
Salah satu kejadian penyelamatan pada detik-detik krusial tersebut terjadi pada Rabu (29/8) lalu. Kepala Daker Bandara Arsyad Hidayat menuturkan, saat itu, tiba seorang jamaah perempuan Kloter 51 Embarkasi Jakarta-Bekasi yang rencananya dipulangkan lebih cepat menggunakan prosedur tanazul bersama Kloter 11 Embarkasi Jakarta Bekasi.
Yang bersangkutan sebelumnya telah menderita sakit kambuhan terkait gagal ginjal di Makkah. Selepas melaksanakan haji, ia dibawa ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinatul Hujjaj di Jeddah untuk distabilisasi.
Setelah dinilai layak terbang, jamaah asal Cimuning, Bekasi Timur tersebut kemudian didorong dari KKHI Jeddah ke Bandara King Abdulaziz Jeddah. Di tengah perjalanan menuju bandara, jamaah tersebut kemudian mengalami cardiac arrest alias gagal fungsi jantung.
Degup jantung dan nafas jamaah tersebut sempat terhenti. Setibanya di posko kesehatan Daker Bandara di Bandara Jeddah, dokter-dokter yang tergabung dalam Tim Mobile Kesehatan Daker Bandara langsung mengambil tindakan Resusitasi Jantung dan Paru (RJP) dengan memompa dada jamaah dan memberikan pernapasan buatan.
Arsyad yang di Tanah Air tinggal tak jauh dari sang jamaah mendampingi sepanjang proses tersebut. Ia menyaksikan hingga akhirnya jamaah bersangkutan berhasil dipulihkan kembali.
“Saya salut sama dokter-dokter kita. Karena kalau terlambat sedikit saja bisa lain ceritanya,” kata dia di Bandara Jeddah, Sabtu (1/9).
Arsyad Hidayat
Cerita Arsyad diiyakan para dokter dan perawat di Tim Mobile Kesehatan Bandara Jeddah. “Memang kalau terlambat sedikit waktu itu sudah lewat,” kata Seno Hartono yang bertugas sebagai anggota Tim Mobile Kesehatan Daker Bandara.
Hal senada disampaikan anggota Tim Mobile Kesehatan Bandara Jeddah lainnya, dr Nurlailinah. Secara terpisah, mereka menuturkan rangkaian kejadian yang sama persis dengan yang disampaikan Arsyad Hidayat.
Siapa dokter yang berjasa menyelamatkan jamaah tersebut? Mereka menyebut nama dr Oldi Dedya yang, petugas di Tim Mobile Daker Bandara.
Ia yang mendampingi jamaah bersangkutan dari KKIH Madinatul Hujjaj di Jeddah hingga Bandara King Abdulaziz. Dr Oldi yang disebut melakukan prosedur RJP dan menyelamatkan nyawa jamaah tersebut.
Menteri Agama, Lukman Hakim Saifuddin, menyambangi jamaah haji yang sedang sakit.
Dokter spesialis yang berasal dari Banjarmasin tersebut adalah staf Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat. Saat dihubungi, ia mengiyakan kejadian penyelamatan tersebut meski enggan disebut yang paling berperan.
“Kami, tim dokter dan perawat indonesia, yang segera melakukan resusitasi jantung paru. Begitu kondisi baik dan (jamaah) sadar kami transfer ke klinik Bandara Jeddah,” kata dia.
Setelah dirawat sebentar di klinik Bandara Jeddah yang dikelola pihak Arab Saudi, jamaah tersebut langsung dirujuk ke RS King Abdullah, Jeddah. Bagaimanapun, ia mengatakan, ada kelegaan tersendiri setelah berhasil melakukan penyelamatan.
“Ada perasaan bangga sebagai warga Indonesia. Karena fasilitas kesehatan yang disiapkan oleh pemerintah dari Kementerian Agama dan Kementerian Kesehatan sangat lengkap untuk jamaah haji indonesia,” kata dia.
Menurutnya, tenaga penunjang kesehatan seperti yang mendampingi jamaah haji Indonesia belum tentu dijumpai jamaah haji negara lain.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Dr dr Eka Jusuf Singka sedang membantu seoarang jamaah haji yang sakit
Kisah penyelamatan jamaah Indonesia pada detik-detik krusial juga bukan kali itu saja terjadi. Alkisah di tengah penerbangan Kloter 13 Embarkasi Batam dari Tanah Air ke Jeddah menggunakan maskapai Saudia Airlines, seorang jamaah pria berusia 78 tahun tiba-tiba menggigil hebat.
Ia diketahui baru lepas dari perawatan sakit sindrom penipisan kulit alias Stephen Johnson Syndrome. Kemudian, dokter yang mendampingi kloter itu berinisatif memindahkan sang jamaah ke kursi jamaah risiko tinggi yang lebih tak terpapar sistem pendingan ruangan kabin dan memakaikan selimut tebal.
Setelah lepas dari menggigil, sang jamaah disuapi oleh istrinya dan saat itu yang bersangkutan tersedak gigi palsu yang ia kenakan. Wajahnya membiru mulai kehabisan napas.
Ia kemudian diselamatkan dokter pendamping kloter menggunakan manuver Heimlich. Selepas kejadian itu, kondisi jamaah makin lemah. Dokter kloter meminta pemasangan oksigen dan kemudian infus karena gula darah sang jamaah rendah.
Pada fase tersebut, sekira empat jam sebelum pesawat tiba di Jeddah, tiba-tiba jamaah itu mengalami kejang-kejang. Oksigen bisa tetap masuk, tetapi nafas sang jamaah tersengal dan sempat tak teraba denyut nadi dan tensinya.
Jamaah Haji Indonesia Kloter Pertama Debarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG) berpelukan dengan keluarganya saat tiba di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Selasa (28/8).
Awak kabin dan pilot penerbangan itu sempat menawarkan pendaratan darurat di India sehubungan kondisi jamaah. Namun, dokter berkeyakinan masih ada harapan hidup.
Sepanjang pelaksanaan haji kali ini, bukan hanya jamaah Indonesia saja yang ditolong petugas kesehatan Indonesia. Sejumlah jamaah negara lain, bahkan aparat keamanan Arab Saudi sempat dibantu tim kesehatan.
Para dokter dan perawat yang bertugas di Pos Kesehatan Bandara, di KKIH Jeddah, KKIH Makkah, KKIH Madinah, di klinik kesehatan Mina, pos kesehatan Arafah, maupun yang tergabung dalam tim dan satuan tugas lapangan dan mendampingi jamaah dari daerah, berperan penting menjaga keselamatan nyawa jamaah sepanjang musim haji tahun ini.
Hingga hari keenam fase kepulangan ke Tanah Air pada Sabtu (1/09), jumlah jamaah wafat mencapai 231 orang. Rinciannya adalah 161 jemaah wafat di Makkah, 28 di Madinah, delapan di Arafah, enam di Muzdalifah, 24 di Mina dan empat jamaah wafat setiba di bandara di Madinah dan Jeddah.
Jumlah itu, sementara ini, jauh lebih sedikit dari jumlah yang wafat tahun lalu yang jumlahnya melampaui 600 jamaah.