Oleh Fitriyan Zamzami
Wartawan Republika dari Madinah, Arab Saudi
IHRAM.CO.ID, Saat ini, lokasi di sebelah barat laut sekitar 20 meter dari Masjid Nabawi, merupakan sepetak taman yang subur. Di dalam area tak lebih dari setengah lapangan bola, pohon-pohon dan tanaman hias serta bebungaan tumbuh rimbun mengelilingi sebuah sumur yang dijadikan sumber air.
Jalan-jalan setapaknya melingkar, rumput-rumput terpangkas rapi, dan gerbang-gerbang kecil di dalamnya dijalari hijau tanaman rambat. Matahari sebentar lagi tenggelam saat saya mengunjungi sepetak taman di Madinah tersebut pada Jumat (14/9).
Burung-burung yang mulai pulang ke sarang ramai berkicau. Sedikit jamaah pengunjung taman yang hanya sesekali dibuka itu. Sebagian duduk di rumput dengan rekan atau belahan jiwa masing-masing, lainnya berjalan-jalan mengagumi rimbunnya tanaman sembari menikmati sepoi-sepoi angin sore.
Kota Madinah sendirinya adalah wilayah yang tentram dan penuh kedamaian. Ketentraman dan kedamaian itu kian terasa di taman tersebut.
Sukar membayangkan, 14 abad silam ia adalah lokasi salah satu babak paling menentukan dalam sejarah awal Islam. Yang terjadi di lokasi itu nyaris meledak menjadi perang sipil yang mengoyak-ngoyak komunitas Muslim yang masih muda usia.
Warga berjalan-jalan di taman Saqifah Bani Sa'idah di Madinah, Jumat (14/9). Taman di barat laut Masjid Nabawi tersebut merupakan lokasi pembaiatan Abu Bakar Siddiq yang memulai era Kekhalifahan Empat Rashidun. (Republika/Fitriyan Zamzami)
Diriwayatkan para sejarawan awal Islam seperti Al Tabari dan Ibn Ishak, pada 632 Masehi saat Rasulullah Salallahualaihiwasallam baru saja wafat, bahkan sebelum beliau dimandikan, puluhan kaum Anshar berkumpul di lokasi tersebut. Saat itu, di taman tersebut, berdiri saqifah alias bangunan semacam pendapa milik salah satu keluarga suku Yahudi di Madinah, Bani Sa'idah. Pendapa itu terletak di sebelah Sumur Bida\'ah yang saat ini jadi sumber air taman.
Kaum Anshar saat itu secara sepihak berencana menunjuk seorang di antara mereka, Saad bin Ubadah, sebagai khalifah pengganti Rasulullah. Mughirah bin Su’bah, seorang anggota suku Thaqif dari Ta’if yang mengetahui rencana tersebut, langsung berlari lekas menuju rumah duka dan menemui Umar bin Khattab serta Abu Bakar Siddiq yang tengah menunggui jenazah Rasulullah.
Umar mencium tanda bahaya. Ia meyakini, penduduk di daerah Arabia yang telah ditaklukkan Islam tak akan menyetujui penunjukan tersebut. Seperti politik pada zaman sekarang, kepemimpinan minoritas warga Madinah atas daerah taklukan yang saat itu masih memandang Quraish sebagai perwakilan mayoritas bakal menimbulkan goncangan politik, bahkan perang sipil.
Ia kemudian mengajak Abu Bakar dan Abu Ubaidah, seorang Muhajirun lainnya, menuju Saqifah Bani Sa'idah tersebut. Abu Bakar yang masih mendukai kepergian sahabat terkasihnya mulanya enggan berangkat.
Ia akhirnya bersedia setelah menyadari gentingnya keadaan. Sementara Ali bin Abi Thalib sebagai menantu Rasulullah harus tinggal untuk mengurusi jenazah.
Di Saqifah, perdebatan sengit mengemuka. Sejumlah anggota kaum Anshar bahkan mengancam akan memerangi mereka yang menolak penunjukan tersebut.
Warga berjalan-jalan dan bersantai di taman Saqifah Bani Sa'idah di Madinah, Jumat (14/9). Taman di barat laut Masjid Nabawi tersebut merupakan lokasi pembaiatan Abu Bakar Siddiq yang memulai era Kekhalifahan Empat Rashidun. (Republika/Fitriyan Zamzami)
Abu Bakar dengan kebijaksanaanya kemudian berhasil menjelaskan bahwa meskipun suku-suku di Madinah tak perlu diragukan kehebatannya, adalah perintah Rasulullah bahwa pemimpin komunitas Muslim saat itu harus dari Quraish. “Suku-suku Arab tak akan tunduk pada pimpinan jika bukan dari suku Quraish,” kata Abu Bakar seperti dikutip Al Tabari.
Ia kemudian menawarkan kepemimpinan pada Umar dan Abu Ubaidah. Kendati demikian, Umar membalik tawaran itu dan meminta Abu Bakar bersedia di baiat.
Menurut Umar, Abu Bakar lebih layak karena beliau yang menemani Rasulullah di gua saat keduanya hijrah ke Madinah. Selain itu, Rasulullah pada akhir hidupnya juga pernah merestui Abu Bakar mengimami shalat umat Islam di Madinah.
Kaum Anshar pada akhirnya setuju dengan argumen Umar dan membaiat Abu Bakar sebagai khalifah. Setelah Rasulullah dikebumikan keesokan harinya, baiat itu dikuatkan oleh 33 ribu Muslim penduduk Madinah dan umat Islam untuk sementara terhindar dari perpecahan yang bisa memicu kehancuran.
Abdul Rashid, seorang tukang kebun Saqifah Bani Sa'idah usai bekerja di Madinah, Jumat (14/9). Sempat tinggal di Indonesia empat tahun, 15 tahun belakangan ia merawat taman di barat laut Masjid Nabawi yang merupakan lokasi pembaiatan Abu Bakar Siddiq yang memulai era Kekhalifahan Empat Rashidun. (Republika/Fitriyan Zamzami)
Saat ini, taman Saqifah Bani Sa'idah dirawat sejumlah tukang kebun. Salah satunya berasal dari Dhaka, Banglades, bernama Abdul Rashid.
Saat saya temui, pria paruh baya itu memamerkan kebisaannya berbahasa Indonesia yang ia peroleh saat empat tahun tinggal di Medan, Sumatra Utara. Sejak meninggalkan Indonesia 15 tahun lalu ia langsung bekerja merawat taman tersebut.
Menurut dia, dahulu sempat ada bangunan di taman itu yang akhirnya dihancurkan. Ia mengatakan, bukan hanya baiat Abu Bakar saja kenangan dari tempat tersebut. “Dulu katanya Hasan dan Husain (dua cucu Nabi dari Fatimah dan Ali bin Abi Thalib) bermain di sini. Jalan-jalan,” kata dia sembari tersenyum.
Tak seperti kebanyakan lokasi-lokasi bersejarah lain di Tanah Suci, arti penting taman di lokasi Saqifah Bani Sa'idah direstui Kerajaan Arab Saudi. Ada papan pengumuman di depan taman itu yang menekankan keabsahan lokasi baiat Abu Bakar tersebut.
Penampakan Saqifah Bani Sa'idah di Madinah, Jumat (14/9). Taman di barat laut Masjid Nabawi tersebut merupakan lokasi pembaiatan Abu Bakar Siddiq yang memulai era Kekhalifahan Empat Rashidun. (Republika/Fitriyan Zamzami)
Tak seperti kebanyakan lokasi bersejarah lainnya juga, lokasi taman tersebut tak dikunjungi jamaah dari Iran. Hal ini agaknya terkait anggapan penganut Syiah bahwa yang terjadi di lokasi tersebut adalah kudeta terhadap penunjukan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah seperti yang diyakini mereka telah ditetapkan Rasulullah.
Menengahi perbedaan tersebut, sejarawan cemerlang abad ke-15 Ibn Khaldun dalam karyanya Mukaddimah menuliskan bahwa sukar mengetahui mana yang paling benar. Namun, ia meyakini, seluruh sahabat terdekat Rasulullah bertindak tak lain untuk kepentingan umat Islam saat itu. Terbukti, yang terjadi di Saqifah berhasil menjaga keberlangsungan umat Islam saat itu.
Bisa dibilang, Saqifah Bani Sa'idah tersebut adalah lokasi kelahiran Kekhalifahan Empat Rashidun. Dimulai dengan Abu Bakar, kemudian Umar, lalu Uthman bin Affan, dan akhirnya Ali bin Abi Thalib.
Kekhalifahan yang hanya berumur tiga dekade namun namun berhasil menyebarkan Islam hingga ke Mesir, Persia, Suriah, Armenia, Siprus. Buat mayoritas umat Islam yang menganut Ahlussunnah wal Jamaah, keempatnya akan selalu jadi model pimpinan ideal Islam.