Oleh: Fitriyan Zamzami dari Madinah, Arab Saudi
IHRAM.CO.ID, MADINAH -- Jumlah jamaah haji Indonesia yang wafat di Tanah Suci musim haji tahun ini sudah melampaui jumlah pada 2016. Meski begitu, secara prosentase jamaah, jumlah proporsional kematian masih lebih sedikit.
Hingga Ahad (16/9) malam, Bidang Siskohat PPIH Arab Saudi melaporkan, jumlah jamaah wafat telah mencapai angka 347 jamaah. Jamaah wafat yang wafat hari itu adalah Zubir Tabi'i Zainuddin (81 tahun). Ia merupakan jamaah Kloter 57 Debarkasi Jakarta-Pondok Gede asal Kota Agung, Gunung Sugih, Kabupaten Lampung Barat. Jamaah bersangkutan wafat di Madinah.
Sebelum Zubir, pada Sabtu (15/9) wafat lima jamaah. Dua di antaranya wafat di Madinah dan tga lainnya di Makkah. Di antaranya adalah Zubaidah binti Mak Abad (61) dari Kloter 09 Debarkasi Banda Aceh, Siti Zumroh (66) dari Kloter 75 Debarkasi Surabaya, Mashudi (58) dari Kloter 76 Debarkasi Solo, Abu Main (77) dari Kloter 67 Debarkasi Surabaya, dan Teja bin Salim (80) dari Kloter 72 Debarkasi Jakarta-Bekasi.
Dengan jumlah kematian pada Ahad (16/9) tersebut, jumlah jamaah wafat sepanjang musim haji tahun ini sudah lebih banyak dari total jamaah wafat pada 2016. "Tapi secara prosentase masih lebih sedikit," kata Kepala Seksi Media Center Haji Daker Bandara, Abdul Basir, di Madinah, Ahad (16/9).
Perbandingannya, pada 2016 jumlah jamaah wafat sebanyak 342 orang. Jumlah itu setara dengan 0,20 persen dri total 168 jamaah. Sementara pada 2017, yang wafat sebanyak 657 jamaah, atau 0,32 persen dari total 203.065 jamaah. Tahun ini, jumlah 347 jamaah meliputi 0,17 persen dari jumlah total 203.351 jamaah yang berangkat.
Keberadaan sisa jamaah haji Indonesia di Madinah masih sembilan hari lagi hingga pemulangan kloter terakhir pada 25 September nanti. Sedikitnya masih sebanyak 85 ribu jamaah berada di Madinah hingga Senin (17/9).
Sedangkan menurut Penanggungjawab Evakuasi dan Tanazul KKHI Madinah, Marlia Adelina, hingga Ahad (16/9) malam, 51 jamaah dirawat di KKHI Madinah dan 22 dirawat di rumah sakit Arab Saudi di Madinah. Sebagian jamaah yang sedang dirawat di Makkah juga mulai dievakuasi ke Madinah. Sekitar 15 jamaah juga ditanazulkan sepanjang pemulangan jamaah gelombang kedua melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdulaziz, Madinah.
Beberapa dari jamaah yang wafat juga meninggalkan keluarga yang menyertai ke Tanah Suci, di antaranya Mursini (65) yang ditinggal suaminya Endang Sunarya (73). Mursini nampak sendirian duduk di kursi roda menjelang keberangkatan ke Tanah Air di paviliun Bandara Madinah, Ahad (16/9). Di samping kursi rodanya ada dua koper jinjing. “Yang satu punya bapak (suami),” kata Mursini yang berasal dari Soreang, Kabupaten Bandung.
Dengan mata berkaca-kaca, ia menuturkan ada tiga anak mereka menanti di Tanah Air. Baru satu di antara mereka yang telah berkeluarga.
Menurut Mursini, suaminya yang merupakan pensiunan karyawan BUMN tiba-tiba terserang sakit selepas melaksanakan wukuf di Arafah. Ia wafat tak lama kemudian.
“Mau bagaimana lagi, memang sudah takdirnya begitu. Tapi alhamdulillah bapak sudah dapat haji,” kata dia. Sebelum didorong menuju keberangkatan, ia meminta didoakan agar sabar dan kuat menjalani kehidupan tanpa suaminya.
Didin Nurdiana, ketua rombongan pasangan tersebut menuturkan, Endang Sunarya wafat ketika rombongan berhenti di Muzdalifah sebelum menuju Mina. “Meninggalnya 10 Dzulhijah sore. Kita tidak ada yang tahu persis bagaimana meninggalnya,” kata dia.
Kepala Pelayanan Kesehatan Komite Haji Arab Saudi Ehsan A Bouges sebelumnya menuturkan, ada sejumlah faktor yang disoroti pihak Saudi sebagai penentu angka kematian jamaah di Tanah Suci. Di antaranya, jumlah jamaah Indonesia yang 60 persennya berusia di atas 60 tahun. Selain itu, berangkat juga sebanyak 147 ribu jamaah berisiko tinggi karena telah memiliki resiko penyakit bawaan dari Tanah Air. Cuaca panas di Tanah Suci yang mencapai 45 derajat Celsius juga jadi salah satu faktor.
Faktor lainnya adalah keengganan jamaah mengonsumsi paket katering bila dianggap tak sesuai cita rasa. Selanjutnya adalah faktor kelelahan jamaah akibat melakukan umrah secara berulang-ulang bahkan sebelum Masyair (puncak musim haji) yang memerlukan banyak stamina tersebut.
Baca juga: Jadwal Pemulangan Jamaah Makin Padat