Selasa 11 Dec 2018 16:07 WIB

Doa Petugas Kebersihan di Sepertiga Malam yang Terkabulkan

Tanah Suci yang pertama kali diinjak adalah Kota Madinah.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Agus Yulianto
Penjaga Hajar al-Aswad
Foto: alarabiya.net
Penjaga Hajar al-Aswad

IHRAM.CO.ID, Suara takhrim Subuh mulai bersautan di segela penjuru wilayah Balai Rakyat, Utan Kayu Utara, Matraman, Jakarta Timur. Aam Setiawan menyeka matanya yang masih terasa lengket setelah semalaman kedua matanya terpejam. Tanpa mengulur waktu, setelah melipat sarung, Aam bergegas menjemput berkah dengan membasuh seluruh anggota wudhu dan membenamkan diri dalam doa sampai azan shalat Subuh berkumandang.

Shalat sunat qiyamullail jarang sekali ia lewatkan setelah diberikan kesempatan untuk menjaga masjid kampus dari debu dan kotoran. “Ya saya tidur di mana saja geletaknya. Namanya juga petugas kebersihan. Yang penting, masjid kampus dan ruang kelas di kampus bersih,” katanya saat berbincang dengan Republika.co.id, Selasa (11/12).

Aam milih tinggal di masjid kampus untuk menghemat waktu dan besarnya pengeluaran menempuh perjalanan Jakarta-Bogor dan Bogor-Jakarta. Selam 35 tahun itulah, Aam mengabdikan diri sebagai petugas kebersihan di Kampus Universitas Islam Djakarta dengan tinggal di masjid kampus. “Jadi saya pulang seminggu sekali ke Bogor,” katanya.

Merupakan suatu kerhormatan bagi Aam dibolehkan oleh pengurus yayasan Universitas Islam Djakarta menjaga kebersihan masjid. Selain bisa digunakan sesekali sebagai melepas lelah dari aktivitasnya sebagai tenaga umum, jika ia tidak pulang ke Bogor, pun tinggal di masjid kampus bisa membantu menjaga shalat malamnya. Sebab, dengan shalat malamnya, maka doanya tidak akan tertolak di langit.

“Doa tambahan saya di shalat qiyamullail--setelah mendoakan untuk kebaikan anak-anak--saya ingin sekali bisa berangkat ke Tanah Suci,” katanya. 

Doa yang sudah puluhan tahun ia panjatkan itu, akhirnya baru dikabulkan pada 2014. “Tanggal dan bulannya saya lupa. Tapi, yang saya ingat itu setelah malamnya shalat malam saya minta sama Allah. kapan ya Allah saya bisa berangkat umrah,” katanya saat memanjatkan doan itu tiba-tiba air mata menetes.

Tanpa dibawa perasaan, keinginan Aam Setiawan yang membuncah dan sampai membuatnya menangis itu, ia lupakan dengan kembali menyibukan diri pada siangnya sebagai petugas kebersihan di kampus. Selain bertugas membersihkan kampus, Aam sering diminta karyawan dan tenaga pengajar membeli makan siang.

Tak menyangka, setelah selesai membelikan makanan itulah Aam mendapatkan kabar gembira. Cita-cita yang dipanjatkan di akhir doa sepertiga malam tadi, langsung Allah SWT jawab lewat mulut Rektor Prof Raihan. 

“Jangan kemana-mana duduk dulu di ruangan ini. Ada yang mau saya bicarakan,” katanya. Aam bingung saat diminta menunggu di ruangan Kepala Biro Administrasi Akademik (BAAK) Bambang Sukamto setelah membelikannya makan siang untuk karyawan dan tenaga pengajar di kampus itu.

Yang membuat Aam semakin bingung ialah ketika disuruh menunggu di ruangan, akan tetapi ia malah ditinggal sendiri di ruangan itu tanpa ada pesan dari yang memerintahkannya harus apa yang diperbuat. Pada saat itulah Aam terus menelisik jauh dan bertanya pada diri sendiri, kesalahan apa yang pernah dilakukannya sehingga ia mesti menunggu di ruangan kerja Kepala BAAK. 

Sepengetahuan Aam, ruangan Pak Bambang Sukamto merupakan tempat mahasiswa bermasalah baik secara administrasi, akademi maupun masalah lain tentang kemahasiswaan. Perasaan semakin tak menentu ketika melihat orang yang memerintahkannya menunggu, kembali masuk dengan mukanya terlihat datar tanpa ekpresi.  

Aam berusaha untuk mengendalikan diri supaya tetap bersikap tenang. Aam percaya bahwa sebelum ia masuk keruangan BAAK tidak ada satupun kesalahan yang ia lakukan. Semua pekerjaan telah ia selesaikan dengan baik sebagaimana mestinya.

“Alhamdulillah tahun ini kamu berangkat umrah,” kata Aam menirukan apa yang disampaikan Prof Raihan.

Mendengarkan tiga kata kamu berangkat umrah, membuat tubuhnya bergetar. Aam seakan tidak percaya doanya malam tadi dikabulkan Allah SWT. Bahkan, saat meceritakannya ke Republika.co.id, Aam terlihat tidak bisa menahan tangis sukanya.

“Saya benar-benar kaget mendengar tahu ini kamu berangkat umrah,” kenang Aam yang mengaku masih mengingat betul kabar dia akan berangkat umrah.  

“Sampai saat ini moment itu tidak bisa saya lupakan. Karena di situ saya benar-benar bahagia. Karena saya pikir masih banyak orang-orang di atas saya yang layak diberangkatkan,” ujar Aam yang wajahnya terlihat memerah menahan air mata yang mengembun di matanya.

Aam masih belum percaya ketika tidak ada kata lanjutan dari ucapan atasannya itu. Namun, ketika diminta segera mengurus paspor, dia percaya bahwa apa yang disampaikan atasannya itu bukan main-main.

Dimudahkan

Aam menceritakan, Tanah Suci yang pertama kali diinjak adalah kota Madinah bukan kota Makkah sebagai pusat ibadah umrah. Karena, Aam mendapat rute penerbangan pesawat Jakarta-Madinah dengan menggunakan maskapai Emirates yang telah dibooking Alia Travel. 

Aam tidak menyia-nyiakan waktu sesaat setelah sampai di Madinah waktu dhuha langsung menuju masjid Nabawi bersama rombongan. “Di pelataran Masjid Nabawi saya langsung sujud syukur karena Allah SWT telah mengabulkan doa saya,” kenangnya.

Aam langsung mengikuti arus jutaan jamaah menuju taman-taman surga atau Raudhah. Bersama atasanya Bambang Sukamnto, Aam selalu dipermudah shalat dan berdoa di area Raudhah yang ditandai dengan karpet biru. 

Dalam salah satu riwayat dan hadist bahwa Raudhah adalah taman surga yang dulunya area antara rumah Nabi Muhammad SAW dan mibar tempat baginda Rasulullah berkhutbah di Masjid Nabawi yang atapnya masih menggunakan pelepah kurma.

“Alhamdulillah, saya berdua sama Pak Bambang selalu mendapatkan kesempatan shalat di Raudhah,” katanya. 

Dia pun berbagi tips jika ingin berdoa dalam shalat di taman-taman surga itu. Kata dia, ketika selesai shalat, maka tidak perlu mengangkat kedua tangan sebagai syimbol berdoa.b“Karena bakal diusir askar buat gantian sama jamaah lain,” katanya.

Selain mendapatkan kemudahan berdoa di taman-taman surga, Aam juga mendapat kemudahan ketika berdoa di Hijir Ismail, Makam Ibrahim area Multazam di Masjidil Haram (bagian Kabah yang terdiri dari hajar aswad dan pintu kabah). Di tiga tempat inilah jika bukan karena Allah susah untuk dapat berdoa di tempat itu.

“Tapi saya Alhamdulillah semua tempat yang kata orang sulit saya bisa berdoa cukup lama di sana,” katanya.

Katanya, cerita yang menyedihkan sekaligus membuatnya ketawa adalah ketika ia dibantu oleh seseorang untuk bisa mencium Hajar Aswad. Dua orang yang tidak ia kenal itu mendekat dan menawarkan diri untuk membantu Aam sampai Hajar Aswad. Namun setelah selai mencium Hajar Aswad dua orang itu malah meminta upah. 

“Katanya dia itu kuli di sini dengan cara membantu orang sampai ke Multazam, Hijir Ismail, dan Makam Ibrahim,” katanya. Aam mengaku sedikit menasehati dua orang yang masih satu rumpun di NKRI itu agar selalu ikhlas jika membantu orang.

“Saya bilang saya tidak punya uang. Bapak-bapak ikhlas saja bantu orang, apalagi ini Makkah pasti segala yang bapak butuhkan dipanjatkan di sini akan dikabulkan,” cerita Aam yang kemudian dua orang itu pergi dengan ikhlas meski sebelumnya memaksa minta dibayar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement