Senin 17 Dec 2018 15:00 WIB

Ada Apa di Al-Balad?

Tak sedikit bangunan-bangunan bersejarah terserak di kawasan tersebut.

Suasana Kota Tua Jeddah di kawasa Al Balad.
Foto: Fitriyan Zamzami/Republika
Suasana Kota Tua Jeddah di kawasa Al Balad.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Oleh: Fitriyan Zamzami

Namanya juga lokasi tua, tak sedikit bangunan-bangunan bersejarah terserak di kawasan tersebut. Banyak di antaranya tak punya konteks karena tak dijelaskan pemerintah kota melalui papan keterangan.

Meski begitu, bila datang dari Jalan Raya Aldhabab di timur Kota Tua, sekitar dua ratus meter menuju barat pengunjung bisa menemui sebuah perempatan jembar. Di bagian selatan perempatan itu ada Rumah Nassif. Ia mudah dicirikan karena di depan gedung tua itu ada pohon besar, satu-satunya di Kota Tua Albalad.

Rumah bertingkat itu dibangun pada 1872 dan selesai pada 1881 untuk Omar Nasif Effendi, seorang saudagar kaya di Jeddah. John R Bradley dalam bukunya Saudi Arabia Exposed menuliskan bahwa pada awal abad ke-20, rumah itu adalah tempat berkumpul para saudagara kaya dan perwakilan asing di Jeddah. Ia semacam sarang para intelektual di Jeddah saat itu.

Kemudian pada 1975, rumah itu diubah menjadi perpustakaan umum oleh Muhammad Nasif, pewaris rumah itu. Dengan jumlah buku sebanyak 16 ribu eksemplar, rumah itu jadi salah satu perpustakaan paling lengkap seantero Arab Saudi. Ia jadi sekutip kenangan saat adu pemikiran di Arab Saudi belum terlampau dikekang seperti sekarang.

Masjid Imam Syafi'i

Sementara di jalur al-Mazlum di tengah Kota Tua, berdiri Masjid Imam Syafi'i. Ia bukan bangunan yang sedemikian megah. Luasnya hanya separuh lapangan sepak bola. Ia diapit sejumlah pintu masuk besar dari kayu di tiga sisi yang nampaknya sudah tak muda lagi. Jendela- jendelanya yang sudah nampak tua dilindungi teralis-teralis besi.

Dari dalam, ia persegi panjang dengan dua ruangan di bagian barat dan timur. Bagian tengahnya dibiarkan tak beratap seperti layaknya desain kebanyakan masjid kuno di Hijaz. "Pada ruangan di bagian timur ada pengimaman yang tak dipakai shalat sehubungan bangunan sedang dalam restorasi. Ini masjid paling tua di Jeddah, kata

Abdurrahman Madril, imam muda masjid tersebut saat saya temui. Ia mengatakan, restorasi awal yang membentuk arsitektur masjid dilakukan pada pertengahan abad ke-13.Saat itu, kawasan Hijaz dikuasai amir Kesultanan Ayubiyah, Muzaffar Suleiman bin Saad Eddin Shahinshah II yang menganut mazhab Syafi'i, mazhab yang sama dengan yang dianut kebanyakan masyarakat nusantara.

Bagian masjid yang jauh lebih tua itu terletak sangat tersembunyi di mihrab bagian barat . Mihrab itu berdiri di atas batu bata itu merupakan mihrab asli masjid tersebut. "Dari masa Khulafaurrasyidun," kata Abdurrahman.

Suq al-Alawi dan Suq al-Jami

Di dalam kompleks Kota Tua, ada sejumlah ruas jalan yang tepi-tepiannya jadi lokasi kios-kios dan lapak kaki lima. Yang paling ramai di Suq Aljami di bagian utara dan Suq al- Alawi tak jauh di bagian timur Rumah Nasif.Cendera mata haji dan umrah seperti tasbih, sajadah, kopiah, dijual di lokasi tersebut.

Demikian juga aneka parfum, kerudung, abaya, dan tob. Beberapa kerajinan seni juga tampak dijual di ruas jalan tersebut. Para pedagang biasanya membuka harga agak tinggi dibandingkan pasar-pasar di Makkah di Madinah.Namun, jika pembeli punya urat untuk menawar, biasanya harga bisa jatuh hingga di bawah harga-harga di dua Kota Suci.

Pembeli juga sebaiknya berani biang tidak untuk barang yang ditawarkan.Entah bagaimana, dari mulanya menawar dan membeli abaya, saya kemudian ditawari parfum dan tergoda, kemudian akhirnya harus berupaya keras menolak saat ditawari kartu memori telepon genggam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement