Jumat 04 Jan 2019 12:33 WIB

Pengamat: Kebijakan Biometrik Harus Dibuat Sederhana

Secara teknis di lapangan, praktik rekam biometrik menimbulkan banyak masalah.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Andi Nur Aminah
Ketua Rabithah Haji Indonesia, Ade Marfuddin.
Ketua Rabithah Haji Indonesia, Ade Marfuddin.

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Praktik pelaksanaan kebijakan rekam biometrik di kantor Visa Facilitation Services (VFS) Tasheel telah membuat calon jamaah umrah kesulitan. Kebijakan Pemerintah Arab Saudi tersebut diminta dibuat lebih sederhana sehingga tidak menyulitkan calon jamaah umrah.  

Ketua Umum Rabithah Haji Indonesia sekaligus Pengamat Haji dan Umrah Indonesia, Ade Marfuddin mengatakan, rekam biometrik untuk calon jamaah umrah adalah kebijakan baru. Arab Saudi memang berhak membuat kebijakan bagi orang yang hendak masuk negaranya, dan negara lain harus taat. Niat mereka baik untuk melakukan pengawasan terhadap warga negara asing yang masuk Arab Saudi.

Baca Juga

Ia menegaskan, tapi secara teknis di lapangan, praktik rekam biometrik menimbulkan banyak masalah. "Jamaah umrah banyak yang mengadu ke saya, dia melakukan rekam biometrik dua hari bolak-balik tidak selesai, menurut saya ini menyiksa, menghabiskan waktu dan tidak efektif," kata Ade kepada Republika.co.id, Jumat (4/1).

Ia menjelaskan, solusi terbaik membuat teknis melakukan rekam biometrik jadi sederhana. Rekam biometrik jangan dibuat sebagai syarat calon jamaah umrah mendapatkan visa. Setelah calon jamaah umrah mendapatkan visa dan berbagai persyaratan lainnya, mereka bisa melakukan rekam biometrik di bandara keberangkatan atau di Jeddah.

Namun, menurut dia, kalau Pemerintah Arab Saudi bersikeras membuat rekam biometrik sebagai syarat mendapatkan visa, maka tempat-tempat untuk melakukan rekam biometrik harus tersebar luas dan merata di berbagai daerah Indonesia. Jadwal rekam biometrik pun harus jelas pasti.

"Jangan seperti sekarang, orang rekam biometrik dua hari tidak selesai-selesai, ini masalah, harus dikirim berita (pemberitahuan) siapa yang rekam biometrik baru datang ke lokasi perekaman biometrik," ujarnya.

Ade menegaskan, solusinya lebih baik teknis rekam biometrik dibuat sederhana karena calon jamah umrah ke Arab Saudi tujuannya ibadah, bukan wisata. Jadi proses mendapatkan visa umrah dan lain sebagainya dapat berjalan, begitu sampai di bandara, calon jamaah umrah baru melakukan rekam biometrik.

Ia mengatakan, biasanya calon jamaah umrah ada di bandara dua jam sebelum keberangkatan. Karena mereka belum melakukan rekam biometrik, maka bisa dibuat empat jam sebelum keberangkatan mereka sudah ada di bandara untuk melakukan rekam biometrik.

"Lebih baik melakukan rekam biometrik di bandara memperpanjang masa tunggu dari dua jam jadi empat jam atau enam jam. Daripada mereka jauh-jauh mencari tempat rekam biometrik sebelum berangkat," jelasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement