Kamis 24 Jan 2019 13:04 WIB

Saudi Tingkatkan 30 Persen Produksi Makanan Cepat Saji

Makanan cepat saji ini sebagai pengganti sebagian dari makanan yang dimasak.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Agus Yulianto
Makanan cepat saji atau junk food.
Foto: pixabay
Makanan cepat saji atau junk food.

IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Pemerintah Arab Saudi mendorong peningkatan makanan siap saji sebesar 30 persen pada musim haji 1440H/2019. Makanan cepat saji dapat dimanfaatkan sebagai pengganti makanan masakan ketering.

“Makanan siap saji akan meningkat sebesar 30 persen pada musim haji 1440 H (2019), sebagai pengganti sebagian dari makanan yang dimasak (katering),” kata Wakil Menteri Luar Negeri Kementerian Haji dan Umrah Saudi, Hussein Al Sharif dilansir di laman Prnewswire.com, Kamis (24/1).

Selain itu, dia juga mengharap, ada peningkatan lagi produksi makanan cepat saji sebesar 40 persen pada 2020. Dia menjelaskan, sektor katering adalah proyek menjanjikan dengan banyak peluang investasi yang dapat dimanfaatkan pengusaha Saudi, terutama karena pengeluaran yang diproyeksikan pada 2020 mencapai 20 miliar riyal.

Diperkirakan, keuntungan itu meningkat hingga 47 miliar riyal pada 2030. Al Sharif memaparkan hal itu selama edisi kedua forum kamar dagang dan industri di Makkah, Safqah.

Kendati ada tantangan pada sektor katering selama musim haji, tetapi Al Sharif memastikan, lebih banyak peluang menjanjikan bagi pengusaha. Dia mencontohkan, sektor itu akan didukung oleh kendaraan khusus untuk mengangkut makanan yang sudah disiapkan sebelumnya. Kendaraan itu menawarkan makanan pada jamaah dengan cara profesional dan ramah, serta banyak ide kreatif lainnya.

Akselerator bisnis haji dan umrah pertama

Menteri Haji dan Umrah Saudi, Mohammad Benten menyatakan, kementerian haji akan meluncurkan akselerator bisnis haji dan umrah pertama. Tujuannya, mengarah pada proyek-proyek relevan dengan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang dipimpin oleh pengusaha laki-laki dan perempuan di negara tersebut.

“Kami menyelesaikan prosedur teknis dan menandatangani perjanjian dengan perusahaan, khusus untuk mengembangkan kualitas layanan,” ujar dia.

Salah satu tujuan forum Safqah adalah mengembangkan sektor kewirausahaan di Ibukota Suci. Pemangku kepentingan meninjau peluang dan pengetahuan, dan mengembangkan layanan pariwisata, sistem haji dan umrah untuk mendukung kebutuhan Kementerian Haji dan Umrah, dan Program Tamu Haji dan Umrah yang disoroti untuk Visi 2030.

Wakil Menteri Haji dan Umrah Abdul Fattah menyoroti peluang investasi di sektor katering, mewakili layanan pelengkap bagi kebutuhan dasar. Sektor makanan adalah lingkungan subur untuk bisnis dan kewirausahaan yang membutuhkan ide-ide kreatif, dan keinginan untuk mempersiapkan kelayakan ekonomi.

Manajer Program Tamu Haji dan Umrah, Ramy Kensara mengatakan, ada banyak peluang investasi wirausahawan pria atau wanita. Dia memaparkan, pengeluaran rata-rata setiap jamaah haji atau jamaah umrah untuk oleh-oleh mencapai 1.000 riyal (266 dolar AS). Dia menyerukan, untuk melokalisasi industri hadiah dan mendapatkan manfaat dari pendapatan tersebut dalam mengembangkan produk-produk inovatif lokal. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement