Senin 04 Feb 2019 15:24 WIB

Rekam Biometrik Berimbas pada Penurunan Jumlah Jamaah

Penurunan jumlah jamaah disebabkan oleh semakin panjangnya proses menuju umrah.

Rep: Muhammad Ikhwanuddin/ Red: Andi Nur Aminah
Jamaah Umrah sedang menunggu antrean rekam biometrik di salah satu cabang VFS Tasheel, Blok M, Jakarta Selatan. Jumat (25/1).
Foto: Republika/Muhammad Ikhwanuddin
Jamaah Umrah sedang menunggu antrean rekam biometrik di salah satu cabang VFS Tasheel, Blok M, Jakarta Selatan. Jumat (25/1).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Sejak diberlakukan rekam biometrik Desember lalu, yang dilakukan oleh VFS Tasheel dampaknya berimbas pada penurunan jumlah jamaah umrah.  Wakil Ketua Umum Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji, Muharom Ahmad mengatakan, penurunan jamaah di periode Jumadil Ula (Desember-Januari) mencapai 100 ribu jamaah.

"Terjadi penurunan dalam proses penerbitan umrahnya, angka terakhir persisnya saya belum periksa. Kira-kira 400 ribu jamaah Jumadil Ula tahun ini, tahun lalu 500 ribu orang," katanya kepada Republika.co.id, Senin (4/2).

Menurutnya, penurunan jumlah jamaah disebabkan oleh semakin panjangnya proses menuju umrah semenjak rekam biometrik diwajibkan dilakukan di dalam negeri. Selain menambah ongkos, lanjutnya, proses itu juga memakan waktu dan tenaga ekstra yang harus dikeluarkan jamaah. Belum lagi ditambah oleh kebijakan bagasi berbayar yang baru-baru ini diterbitkan.

Dalam hal ini, dia berharap kepada pemerintah dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) untuk mempertimbangkan kebijakan rekam biometrik dan bagasi berbayar. Menurutnya, kedua hal tersebut sangat penting mengingat jumlah jamaah umrah asal Indonesia yang sangat banyak.

"Orang Papua rekam biometrik saja ongkosnya Rp 6 juta pulang-pergi. Kalau dia nanti berangkat umrah harus bayar lagi untuk bagasi, saya kira itu memberatkan sekali dari segi waktu dan biaya," tuturnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement