Sewaktu Ismail dan ibunya hanya berdua dan kehabisan air untuk minum di lembah pasir dan bukit yang tandus, Siti Hajar pergi mencari air pulang pergi dari Bukit Shafa ke Bukit Marwah sebanyak tujuh kali.
Saat kali ketujuh (terakhir), ketika sampai di Marwah, tiba-tiba terdengar oleh Siti Hajar suara yang mengejutkan, lalu ia menuju ke arah suara itu. Alangkah terkejutnya, bahwa suara itu ialah suara air memancar dari dalam tanah dengan derasnya di bawah telapak kaki Ismail. Air itu adalah air zam-zam.
Di lokasi ini pula, Siti Hajar mendengar suara malaikat Jibril dan berkata kepadanya, "Jangan khawatir, di sini Baitullah (rumah Allah) dan anak ini (Ismail) serta ayahnya akan mendirikan rumah itu nanti. Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya."
Air zam-zam mempunyai keistimewaan dan keberkatan, yakni boleh menyembuhkan penyakit, menghilangkan dahaga, serta mengenyangkan perut yang lapar. Keistimewaan dan keberkatan itu disebut dalam sepotong hadis Nabi yang bermaksud, ''Dari Ibnu Abbas RA, katanya, Rasulullah SAW bersabda: 'Sebaik-baik air di muka bumi ialah air zam-zam, ia merupakan makanan yang mengenyangkan dan penawar bagi penyakit'.'' Riwayat At-Tabrani dan Ibnu Hibban. (Mengenai keistimewaan air zam-zam ini, sudah pernah diulas dalam rubrik Situs Islam Digest Republika ini pada edisi 1 Februari 2009).
Upaya Siti Hajar yang berusaha mencari air guna memenuhi kebutuhan dirinya dan Ismail, telah diabadikan oleh Allah bagi umat Islam dalam melaksanakan ibadah haji maupun umrah.
''Sesungguhnya Shafa dan Marwah adalah sebagian dari syiar Allah. Maka, barang siapa yang beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan Sa'i antara keduanya. Dan, barang siapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui.'' (QS Al-Baqarah (2) : 158).
Rasulullah SAW bersabda, ''Mulailah (kalian) dengan yang dimulai Allah.'' (HR Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, Nasa'i, dan Ibnu Majah). Maksud dari pernyataan tersebut adalah dalam melaksanakan Sa'i itu di antara Shafa dan Marwah.
Menurut Syauqi Abu Khalil dalam bukunya Atlas Hadis, Marwah adalah sebuah bukit kecil di Makkah al-Mukarramah yang bersambung ke Bukit Shafa, yaitu sebuah bukit kecil yang landai ke arah al-Humrah atau menyambung ke Bukit Abu Qubais.
Di antara Bukit Shafa dan Marwah ini dibuat saluran air ketika perluasan Masjidil Haram yang baru. Sehingga, air dapat mengalir di antara masjid dan bukit.
Bukit Marwah berada di Kota Makkah di samping Bukit Qa'aiqa'ah. Jarak antara keduanya mencapai 394,5 meter. Sekarang, tempat untuk melaksanakan Sa'i ini mengalami perluasan. Luasnya mencapai 20 meter dengan tinggi tembok lantai bawah mencapai 11,75 meter. Adapun tembok lantai atas tingginya 8,5 meter.
Dari segi fisik, tidak ada yang istimewa dari kedua bukit itu. Namun, tujuan Allah memerintahkan Ibrahim agar membawa Hajar dan anaknya, Ismail, ke tempat yang gersang dan tandus itu, karena di lokasi tersebut tempat rumah Allah (Baitullah) berdiri. Apalagi, dalam sejumlah penelitian disebutkan, Ka'bah di Makkah merupakan pusat bumi. Wa Allahu A'lam.