Kamis 04 Jul 2019 13:46 WIB

Sekitar 67 Persen Jamaah Haji Asal Jabar Berisiko Tinggi

Jabar mengirimkan tim kesehatan untuk mengawasi kesehatan haji.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Nashih Nashrullah
Pemeriksaan kesehatan calon jamaah haji.  (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Pemeriksaan kesehatan calon jamaah haji. (ilustrasi)

IHRAM.CO.ID, BANDUNG— Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengerahkan sekitar 60 orang tim kesehatan haji daerah (TKHD) untuk mendampingi para jamaah yang hendak bertolak ke tanah suci. 

Menurut Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Jawa Barat Berli Hamdan Gelung Sakti, tenaga kesehatan yang ditugaskan ke tanah suci tersebut meliputi dokter dan perawat. Karena, pihaknya ingin memastikan kesehatan para jamaah haji asal Jabar benar-benar terjaga.

Baca Juga

"Berdasarkan data, terdapat 67 persen jamaah haji asal Jabar tergolong dalam resiko tinggi (Risti) terhadap penyakit," ujar Berli usai acara Jabar Punya Informasi (Japri) di Gedung Sate, Kota Bandung, Kamis (4/7).

Menurut Berli, jamaah tersebut risti karena memiliki riwayat penyakit. Selain usianya yang sudah tua, jamaah juga masuk kategori risti karena memiliki riwayat darah tinggi dan lain-lain.  

Kendati begitu, kata dia, saat ini jenis penyakit yang menghantui jamaah haji sudah bergeser dari penyakit menular menjadi tidak menular. Hal tersebut,  sangat berbeda dengan musim haji pada tahun-tahun sebelumnya. Di mana penyakit seperti Middle East Respiratory Syndrome (Mers), Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS), hepatitis hingga meningitis yang kerap dikhawatirkan.  

"Kalau sekarang tidak lagi karena sudah menggunakan vaksin dan rata rata jamaah haji Jabar sudah mendapatkan vaksin yang lengkap," kata Berli seraya mengatakan, jamaah pun sudah memperoleh vaksin flu dan ada juga yang mengambil vaksin tifoid. 

Berli mengatakan, potensi penyakit tidak menular yang dikhawatirkan menjangikti jamaah haji, di antaranya hipertensi hingga kanker. "Misalkan hipertensi kemudian juga karena sudah terlalu sepuh, kemudian ada juga karena faktor kegemukan, ada juga yang baru ketahuan menderita kanker yang sebelumnya belum diketahui," tambah Berli.  

Namun, kata dia, saat manasik dan tes kebugaran terkait kesehatan jamaah haji sudah terdata dan dicatat dalam buku. Dia berharap, para jamaah dapat bekerjsama untuk menjaga kesehatan selama menjalankan ibadah haji. "Mereka harus menyampaikan data-data mereka ketika mereka tiba di Bekasi sampai ke tanah suci  nanti sampai pulang lagi ke Indonesia," katanya.

Berli mengimbau, para jamaah haji untuk menjaga kesehatan selama berada di tanah suci. Khususnya dalam menjalankan pola makan juga minum serta istirahat yang teratur.   

Semua petugas kesehatan, kata dia, memiliki jadwal untuk melakukan kunjungan untuk melakukan pengecekan kesehatan. Namun dia berharap di tanah suci nanti tidak hanya jamaah yang masuk kategori Risti saja yang rutin memeriksakan kesehatannya. 

Saat ini, kata dia, cuaca di tanah suci masih termasuk ekstrem. Jadi, kalau malam bisa dingin sekali dan berlangsug sampai pagi. "Minimal  setiap dua jam (beraktivitas) istirahat, bisa juga sambil zikir. Saya rasa saat manasik itu sudah disampaikan," katanya. 

Menurut Berli, jumlah tenaga kesehatan asal Jabar yang ditugaskan ke tanah suci, sedikitnya ada 28 dokter dan 28 perawat dan beberapa orang tenaga medis lainnya yang akan dilibatkan. 

"Kita menyiapkan TKHD Tim Kesehatan Haji Daerah yang akan mengawal kloternya provinsi dan kabupaten kota. Untuk di Jabar. Ada 28 dokter dan 28 perawat. Total sekitar 60 orang,"  paparnya.

Selain itu, kata dia, pemerintah pusat pun sudah menyiapkan sekitar 70 ton obat-obatan. Jumlah tersebut mengacu pada data 2018, mengingat banyak jamaah haji asal Indonesia yang sakit dan memerlukan obat. "Jadi tidak dialokasikan per-provinsi. Nanti akan diberikan kepada jamaah yang membutuhkan sesuai dengan kondisi kesehatannya," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement