Rabu 24 Jul 2019 07:32 WIB

Tanah Suci Bukan 'Tempat Pembalasan'

Tak benar opini yang menyebut Tanah Suci sebagai tempat pembalasan dosa di Tanah Air

Rep: Muhammad Hafil/ Red: Hasanul Rizqa
Jamaah haji sedang berdoa menghadap kiblat di lantai tiga Masjid Al Haram. Masjid di kota kelahiran nabi ini mulai dipadati oleh banyak jamaah haji dari berbagai negara di dunia sehingga terkadang membuat jamaah harus shalat di lantai tiga.
Foto:

Mengenai hal ini, saya juga pernah menanyakan kepada ulama-ulama yang tergabung dalam konsultan ibadah PPIH Arab Saudi Daerah Kerja Makkah. Saya bertanya, apakah benar Tanah Suci menjadi tempatnya pembalasan dosa?

KH Masrur Ainun Najih, misalnya, membantah opini demikian. Tanah Suci, baik Makkah maupun Madinah, bukanlah tempat pembalasan dosa.

Menurut dia, sangat jelas sekali Nabi Muhammad SAW bersabda, shalat di Masjid Nabawi lebih baik daripada shalat di tempat lain yakni seribu kali lipat--kecuali di Makkah. Kalau shalat di Makkah, termasuk Masjid al-Haram, maka ganjarannya 100 ribu kali lipat dibanding tempat lain.

Dalil ini, menurut Kiai Masrur, jelas sekali menunjukkan bahwa di kedua tempat suci itu seorang hamba Allah akan dimuliakan. Karena itu, seorang jamaah haji disebut pula sebagai tamu Allah yang mulia.

Bagaimana bila terjadi kasus-kasus pada jamaah, misalnya sakit, tak bisa kembali ke hotel, hilang, atau tersesat? Menurut Kiai Masrur, hal itu disebabkan masalah orientasi. Sebab, tak sedikit orang yang pergi haji belum pernah sebelumnya bepergian ke luar negeri.

"Jangankan ke luar negeri. Di Jakarta saja kadang masih suka tersesat," ujar Kiai Masrur.

Hal yang sama disampaikan Pengendali Teknis Bimbingan Ibadah PPIH Arab Saudi, Prof Oman Fathurahman. Dia meminta jamaah haji untuk memahami, mereka datang ke Tanah Suci sebagai tamu Allah.

"Kita datang ke sini menjadi tamu Allah dan kita semoga diridhai oleh Allah," kata Oman.

Tanah Suci memang memiliki banyak keutamaan. Ini seharusnya tidak lantas membuat jamaah haji takut.

Sebab, di atas tanah ini kita diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk meminta ampun kepada Allah. Berdoa kepada-Nya dalam banyak tempat dan waktu yang mustajab. Di sini, ladang pahala terbuka luas selama melakukan amal ibadah secara ikhlas.

photo
Masjidil Haram, Makkah, Saudi Arabia

Sebaiknya, sebelum dan selama jamaah berada di Tanah Suci, mesti berprasangka baik kepada Allah. Bukan sebaliknya. Tak perlu khawatir Allah akan menghukum hamba-Nya selama berada di sini.

Aku sesuai prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya bila ia berdzikir dan berdo’a kepada-Ku. Bila ia menyebut dan menyeru nama-Ku dalam hatinya, maka Aku menyebut namanya dalam diri-Ku. Bila ia menyebut dan menyeru nama-Ku dalam kumpulan orang banyak, maka aku menyebut namanya dalam kumpulan orang yang lebih banyak lagi. Bila ia mendekat kepada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat kepadanya sehasta. Bila ia mendekat kepada-Ku sehasta, maka Aku mendekat kepadanya sedepa. Bila ia datang kepada-Ku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan berlari” (HR Bukhari dan Muslim).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement