Sri menjelaskan soal tidak adanya masakan berkuah untuk jamaah. Menurutnya, PPIH Arab Saudi memang tidak menyiapkan wadah untuk masakan berkuah pada musim haji tahun ini.
"Kita belum bisa menyiapkan masakan berkuah. Nanti perlu waktu khusus untuk menyiapkan itu, jadinya distribusi masakah ke jamaah bisa terlambat," ujar Sri.
Untuk masakan berkuah, pihaknya memang mesti menyiapkan wadah terpisah. Sri bagaimanapun akan menampung dengan baik aspirasi jamaah yang ingin makanan berkuah.
"Jadi bahan masukan. Bisa saja nanti tahun depan kita bisa menyiapkan kopi Toraja (untuk jamaah dari Sulawesi)," ucap Sri.
Yang jelas, Sri mengatakan, katering jamaah haji telah berupaya menyesuaikan dengan selera umumnya masyarakat Nusantara yang majemuk. Mulai dari bumbu, sayuran, buah-buahan, daging, dan lain sebagainya. Malahan, bahan baku makanan sebagian didatangkan dari Indonesia.
“Itu memang syarat utama perusahaan penyedia katering yang bekerja sama atau menjadi mitra Kemenag untuk jamaah haji Indonesia,” katanya.
Chef Muhammad David Ramadhon, salah seorang juru masak yang bekerja di perusahan katering Ahla Zad atau perusahaan yang dikontrak PPIH Arab Saudi, mengatakan, jika yang dimasak adalah masakan Indonesia, maka bahannya pun harus dari Indonesia.
“Sekitar 60 persen bahannya ada di sini dan 40 persen dari Indonesia," kata David belum lama ini.
David menyebut beberapa bahan-bahan yang didatangkan dari Indonesia. Misalnya, daun jeruk, lengkoas, sereh, daun salam, dan kencur.