IHRAM.CO.ID, Oleh: Muhammad Hafil dari Makkah, Arab Saudi
MAKKAH -- Pihak Muassasah Asia Tenggara menyetujui konsep penomoran tenda jamaah Indonesia di Arafah dan Mina pada puncak haji 1440 H/2019 M mendatang. Penomoran ini dilakukan untuk memberi kemudahan pada jamaah untuk mengenali tempat tinggalnya pada puncak haji tersebut.
"Kemarin kami, dipimpin Dirjen PHU telah bertemu dengan pihak Muassasah Asia Tenggara untuk membahas persiapan Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan Mina). Dan mereka menyetujui konsep penomoran tenda yang akan kita lakukan," kata Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri Sri Ilham Lubis, saat meninjau persiapan pelaksanaan Armuzna di Arafah, Sabtu (27/7).
Sri mengatakan, inisiasi penomoran ini dilakukan untuk memberikan kemudahan bagi jemaah untuk mengenali tempat tinggal nya selama masa puncak haji (masyair). Di samping itu, ini juga diharapkan dapat memudahkan petugas untuk memberikan pelayanan selama masyair.
Rapat yang dilakukan di lantai 18 Kantor Muassasah ini menurut Sri dihadiri Ketua PPIH Arab Saudi Endang Jumali, Kepala Daker Makkah Subhan Cholid, serta para Kabid PPIH. Ia menambahkan, untuk keperluan penomoran, PPIH akan melakukan mapping posisi tenda.
"Dari denah tenda Armina yg diberikan Muassasah kita maping tuk penempatan kloter-kloter sesuai dengan kapasitas tenda. Kita yg memberikan nomor-nomor tenda ke Muassasah termasuk stiker nomornya," kata Sri.
"Selama ini penempatan jemaah di Armina diserahkan kepada ketua maktab dan kloter sehingga tidak ada standar," tambahnya.
Sri Ilham juga menyampaikan dengan adanya penomoran tenda sesuai dengan kapasitas kloter, maka dapat diprediksi luasan ruang yang diberikan bagi tiap jemaah baik di Arafah maupun di Mina.
Kepada jamaah, Sri Ilham juga mengingatkan agar selalu menggunakan gelang yang diberikan Muassasah. "Pihak Muassasah juga meminta kepada jamaah haji Indonesia agar tetap memakai gelang identitas yang diberikan oleh Muassasah," tuturnya.
Sementara, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah Kementerian Agama, Nizar Ali mengatakan, penomoran terkait zonasi embarkasi.
"Jadi satu tenda diperuntukan untuk embarkasi mana kloter berapa, kapasitasnnya berpa, di situ akan jelas," kata Nizar.
Sehingga, jika nanti dalam satu tenda ada dua embarkasi atau dua kloter yang berbeda, pihaknya kita akan pastikan bagiannya. Misalnya, yan sebalah kanan untuk embarkasi satu atau sebelah lainnya embarkasi lainnya.
"Kalau tahun kemarin kan dibebaskan untuk dua kloter sehingga ada semacam dalam tanda petik siapa duluan disitu. Tapi kalau ini kan jelas peruntukannya, kita memastikan di situ konteksnya survei awal," kata Nizar.