Ahad 28 Jul 2019 09:33 WIB

Muslim Australia Bergabung dengan Seruan Boikot Haji

Boikot haji dianggap sebagai kepedulian moral seorang Muslim.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Indira Rezkisari
Jamaah haji Indonesia bersiap meninggalkan Masjid Bir Ali Madinah untuk menaiki bus yang akan membawa mereka menuju Makkah,  Rabu (24/7). Masjid Bir Ali atau Masjid Dzulhulaifah ini menjadi tempat miqat atau niat ihram bagi jamaah haji yang berangkat dari Madinah menuju Makkah untuk berhaji atau umrah.
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Jamaah haji Indonesia bersiap meninggalkan Masjid Bir Ali Madinah untuk menaiki bus yang akan membawa mereka menuju Makkah, Rabu (24/7). Masjid Bir Ali atau Masjid Dzulhulaifah ini menjadi tempat miqat atau niat ihram bagi jamaah haji yang berangkat dari Madinah menuju Makkah untuk berhaji atau umrah.

IHRAM.CO.ID, SYDNEY — Seruan memboikot ibadah haji ke Makkah, Saudi meningkat dari sejumlah negara, salah satunya Australia. Seruan itu merespons perang Arab Saudi di Yaman.

Bulan depan, lebih dari dua juta Muslim dari seluruh dunia diperkirakan berada di Makkah dan Madinah menunaikan ibadah haji. Namun, SBS.com.au melaporkan semakin banyak Muslim, termasuk di Australia yang memboikot ibadah salah satu pilar utama Islam itu. Salah satu Muslim yang berbasis di Sydney, Faraaz Rahman meyakini menghadiri ibadah haji tahun ini tidak menunjukkan kepedulian moral.

Baca Juga

“Pergi haji akan berkontribusi secara finansial kepada rezim Saudi, yang saat ini melakukan kekejaman massal di Yaman terhadap sesama Muslim. Ini bukan apa yang dimaksud dengan ibadah haji,” kata pria berusia 31 tahun itu.

Bagi umat Islam yang mampu dan berbadan sehat, ibadah haji dianggap wajib minimal sekali seumur hidup. Namun pada April lalu, Grand Mufti Sunni Libya paling terkenal, Sadiq al-Gharawani mengimbau umat Muslim di seluruh dunia memboikot ibadah haji, karena pelanggaran hak asasi manusia di Arab Saudi. Dia adalah salah satu pemimpin Muslim Sunni terkemuka yang menyerukan boikot, tetapi dia tidak sendirian.

Tagar media sosial #BoycottHajj menjadi tren di beberapa negara mayoritas Muslim. “Sebelumnya, mungkin ada kelompok pinggiran di sana-sini, tanpa tertarik … tetapi sekarang, para pemimpin terkemuka menyerukannya (boikot). Saya berharap itu mengarah ke otoritas agama lain untuk mengambil dan melakukan panggilan serupa,” kata Rahman.

Rahman tidak menutup kemungkinan bersedia menunaikan ibadah haji, jika keadaan politik berubah di Yaman dan Arab Saudi. Namun, dia beranggapan tidak pantas menunaikan ibadah haji pada tahun-tahun ini.

"Ada konteks moral bagi beberapa rukun Islam ini, ibadah haji dimaksudkan untuk menumbuhkan rasa persaudaraan rasa kemanusiaan bersama. Saat ini, karena rezim Saudi terlibat dalam bencana kemanusiaan di Yaman, ketika Anda mempertimbangkan faktor-faktor itu, Anda harus bertanya apakah haji memiliki kewajiban moral yang sama,” ujar dia.

Seorang Muslim Australia lainnya berbasis di Melbourne, yang tidak ingin disebutkan namanya menganggap seruan boikot haji adalah langkah berani, tetapi itu perlu. “Saya percaya tidak ada pilihan lain bagi orang-orang Muslim di seluruh dunia, selain memboikot Arab Saudi, untuk memberi mereka pesan bahwa kegilaan ini (di Yaman) harus berakhir,” ujar dia.

Dia beranggapan, jika uang Muslim ke ekonomi Saudi, kemudian digunakan untuk menyengsarakan rakyat Yaman, maka orang-orang memiliki kewajiban moral dan agama untuk bersikap. “Dunia memiliki tanggung jawab untuk sersikap, terutama Muslim,” tambahnya.

Arab Saudi adalah mitra utama dalam Koalisi pasukan yang terlibat dalam perang saudara Yaman. PBB menggambarkan krisis kemanusiaan Yaman sebagai yang terburuk di dunia.

Menurut PBB, 3,2 juta orang Yaman, termasuk dua juta anak-anak sangat membutuhkan perawatan kekurangan gizi akut yang disebabkan krisis.

Presiden Muslim untuk Nilai Positif, Ani Zonneveld juga mendorong semua Muslim melakukan boikot ibadah haji. Muslim untuk Nilai Positif adalah organisasi yang berbasis di Amerika Serikat dengan sekitar 10 ribu anggota.

“Agar umat Islam pergi ke haji untuk membersihkan jiwa mereka dan untuk berhubungan kembali dengan Tuhan... dengan melakukan itu mereka akan mendukung rezim yang tidak melakukan apa pun, selain menindas dan menciptakan kelaparan di Yaman. Sangat sulit untuk berdamai,” kata Zonneveld.

Dosen di universitas yang berbasis di Kuala Lumpur, Mukhriz Mat Rus (36 tahun) menceritakan sudah mendaftar ibadah haji, tetapi masih berada di daftar tunggu. Kemudian, sekarang, dia menyatakan tidak ingin pergi ke Saudi.

“Komunitas Muslim di seluruh dunia, di mana posisi kami dalam hal ini? ... Beberapa orang mengatakan mengesampingkan politik, tetapi saya tidak berpikir saya bisa mentoleransi itu,” ujar Rus.

Menurut Rus, mengambil sikap terhadap hak asasi manusia, juga merupakan tindakan iman. “Beberapa orang mengatakan untuk mengesampingkan politik, tetapi saya pikir, saya tidak bisa menoleransi itu,” kata dia.

Tampilan berbeda, Wakil Presiden Dewan Islam Victoria, Adel Salman memahami alasan banyak Muslim menyerukan boikot ibadah haji. Namun, Salman tidak mendukung seruan itu secara pribadi.

“Dapat dimengerti bahwa orang merasa sangat kuat. Dan dapat dimengerti bahwa orang-orang akan menganggap Arab Saudi bertanggung jawab atas penderitaan dan kejahatan yang dilakukan di negara itu (Yaman),” ujar dia.

Dia memahami, menunaikan ibadah haji, berarti seseorang akan menghabiskan uang di Arab Saudi. Namun, banyak Muslim melihat ibadah haji hanya sebagai penyelesaian kewajiban agama. Karena itu, masih banyak Muslim yang memisahkan sepenuhnya masalah politik atau pemerintah Saudi. Dua operator pariwisata haji di Australia yang menolak disebutkan namanya, mengatakan belum ada penurunan pemesanan ibadah haji pada tahun ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement