IHRAM.CO.ID, JAKARTA— Sekitar 1.377 jamaah Provinsi Papua telah sampai di Arab Saudi sejak 21 Juli lalu. Sebelum diterbangkan jamaah yang terbagi dalam empat kloter (15, 16, 17 dan 18) dikarantina embarkasi Makassar.
Kepala Sub Bagian Informasi dan Humas Kemenag Kanwil Provinsi Papua, Edi Abdul Kholik, mengatakan pertimbangan jamaah haji Papua dikarantina di Makasar karena Papua belum memiliki embarkasi."Untuk Papua sendiri belum ada embarkasi," kata Edi Abdul Kholik, kepada Republika.co.id melalui sambungan telepon, Senin (5/8)
Edi munturkan, selain diberikan pemantapan materi ibadah haji, jamaah juga melakukan rekam biometrik di Embarkasi Makassar. Meski demikian rekam biometrik tetap diambil saat Bandara Internasional Amir Muhammad bin Abdul Aziz, tetapi tidak lama. "Hanya tiga jari saja. Jadi tidak lebih memakan waktu 10 menit," katanya.
Berbeda seperti tahu-tahun sebelumnya, proses rekam biometrik tidak dilakukan di Tanah Air, melainkan di bandara kedatangan tanah suci dengan waktu bisa mencapai 4-5 jam satu jamaah. "Kalau dulu belum ada biometrik di embarkasi 10 jari jamaah di-scan di Arab Saudi per jamaah memakan 4-5 jam," katanya.
Edi menuturkan, dari tahun ke tahun pelayanan terhadap jamaah haji semakin baik. Karena pemerintah terus berinovasi dalam melayani jamaah haji dengan menjalankan program fast track. Fast track baru dua tahun diterapkan di Bandar Soekarno Hatta. "Fast track ini adalah merupakan percepatan," katanya.
Jadi kata dia, jamaah ketika sampai di Bandara Jeddah maupun Madinah diperiksa hanya scan satu jari saja langsung jalan menuju bus, sehingga jamaah tidak perlu khawatir dengan barang-barang bawaan yang ada di dalam kopornya. "Karena kopor, langsung diurus oleh ummal atau petugas Arab Saudi, dan langsung diantar ke hotel masing-masing," katanya.
Untuk itu kata dia, setiap kopor diberi identitas sabuk berwarnanya sesuai rombongan bawaan masing-masing. Jadi jamaah ketika sampai di embarkasi, dilakukan pemeriksaan oleh pihak maskapai. "Jadi pihak Garuda ada di embarkasi," katanya.
Edi mengatakan, ada dua pertimbangan fast track ini baru dikaksanakan di Bandara Soeta. Pertama infrastruksturnya Soeta lebih mudah. Kedua Saudi belum siap untuk menurunkan petugasnya menjaga di setiap bandara di seluruh Indonesia.