IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Pada penyelenggaraan ibadah haji tahun ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyiapkan sebanyak 29 unit mobil ambulans di Arab Saudi. Seluruh kendaraan itu tersebar di tiga daerah kerja (daker), yaitu Makkah, Madinah, dan Bandara. Dengan demikian, diharapkan proses evakuasi atau rujukan berjenjang jamaah haji asal Indonesia dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya.
Hal itu disampaikan Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Dr. dr. Eka Jusup Singka. Menurut dia, dalam pelayanan kesehatan haji, ambulans menjadi salah satu komponen penting. Ambulans juga biasanya dipergunakan untuk proses tanazul dan visitasi dokter.
"Di Makkah sendiri terdapat 16 ambulans. Empat diantaranya berukuran besar dengan merek GMC Savana, dan 10 berukuran sedang dengan merek Hyundai H1," katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (6/8).
Sementara dua lainnya berukuran kecil bermerk Suzuki APV. Ambulans produksi GMC dan Suzuki statusnya adalah barang milik negara yang dibeli melalui anggaran Kemenkes. Adapun sisanya berstatus sewa.
Seluruh ambulans yang melayani jamaah haji asal Indonesia harus memenuhi standar Arab Saudi. Standar berlaku pada aspek fasilitas atau prasarana untuk mendukung pelayanan optimal. Mulai dari peralatan yang digunakan, perbekalan pendukung, hingga sumber daya manusianya.
Saat ini semua ambulans milik Indonesia telah memeroleh sertifikat Hilal Akmar dari Otoritas Bulan Sabit Merah Arab Saudi (SRCA). "Ini merupakan komitmen nyata Kemenkes dalam mendukung penyelenggaraan haji. Berusaha memberikan yang terbaik. Semua dana operasionalnya pun berasal dari APBN murni Kemenkes," kata dia.
Sementara itu, Penanggung Jawab Ambulans, dr. Janni Koesnomo Matsalim, mengatakan, penempatan dan pemanfaatan ambulans berdasarkan kapasitas dan kebutuhannya. Di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah tersedia tiga ambulans besar dan dua ambulans kecil.
Ambulans besar digunakan untuk melakukan rujukan pasien dengan status emergensi dari KKHI menuju beberapa rumah sakit yang ada di Arab Saudi, khususnya wilayah Makkah.
Adapun ambulans kecil ditujukan untuk operasional tim visitasi KKHI untuk mengunjungi jemaah haji Indonesia yang tengah dirawat di sejumlah Rumah Sakit (RS) Arab Saudi. Sebanyak 11 ambulans lainnya tersebar di sektor satu hingga sektor 11 Daker Makkah.
Untuk masing-masing ambulans besar, terdapat dua pengemudi yang selalu siaga 24 jam dengan rotasi kerja (shift) 12 jam. Mereka juga selalu didukung 24 jam per hari oleh Tim Gerak Cepat (TGC) di masing-masing sektor.
Pasien juga akan didampingi oleh dokter atau perawat serta tenaga pendukung kesehatan di tiap ambulans. Tenaga kesehatan ini berasal dari Petugas Kesehatan Haji Indonesia, yaitu TGC, Tim Kuratif Rehabilitatif (TKR) dan Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI).
Fleksibilitas ambulans juga berlaku di tiap sektor. Sehingga selain untuk melayani sektornya, ambulans di sektor selalu siap sedia digunakan di sektor yang berdekatan. Kalaupun semua sektor yang berdekatan tengah digunakan, maka ambulans KKHI siap dikirimkan ke sektor terkait.
Dengan adanya sistem regionalisasi tersebut diharapkan tidak akan ada sektor yang kekurangan atau mengalami kekosongan ambulans mana kala dibutuhkan.
"Alhamdulillah masih bisa tertangani untuk pelayanan terhadap 231 ribu jamaah haji kami. Khusus untuk Armuzna, pengelolaannya lebih kompleks dan bersifat dinamis. Apalagi, kebijakan Kerajaan Arab Saudi yang berubah setiap tahunnya," tambah dia.
Di periode puncak haji, ambulans harus dibagi untuk ditempatkan di KKHI, di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna). Begitu juga, harus siaga di hotel yang berada di sekitaran kawasan Mina mengantisipasi jamaah yang memilih tidak tinggal di tendanya, tetapi balik ke hotelnya semula. Positifnya, kendaraan ambulans dari Daker Madinah dan Bandara akan dikerahkan untuk pelayanan kesehatan di masa Armuzna.