IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Jamaah haji asal Indonesia yang berniat melaksanakan sunah tarwiyah sudah bersiap-siap berangkat ke Mina, Kamis (8/8) sore waktu Arab Saudi. Mereka menunggu di hotel untuk menunggu kedatangan bus sedianya akan mengantarkan mereka ke Mina.
Sebagai informasi, pihak PPIH Arab Saudi tak memfasilitasi ibadah tarwiyah. Meski begitu, jamaah haji asal Tanah Air yang ingin tarwiyah tetap diwajibkan melapor ke Daker Makkah.
Tarwiyah merupakan sebutan untuk salah satu amalan sunnah dalam rangkaian ibadah haji. Sesi ini dilaksanakan pada hari kedelapan bulan Dzulhijjah.
Jamaah yang melakukannya menapak tilas perjalanan Nabi Muhammad SAW, dari Mekkah ke Mina, menempuh jarak sekira 14 kilometer. Kemudian, jamaah kembali ke Arafah untuk mengikuti wukuf.
Berdasarkan pantauan Ihram.co.id di kawasan Syisah, titik pemberangkatan jamaah haji yang ikut tarwiyah terletak di Hotel 104 atau Rehhal Mina Hotel. Di sana, ada ratusan orang jamaah yang siap berangkat. Mereka masih mengenakan pakaian bebas, belum memakai ihram.
Abdillah Mahyuddin ditunjuk menjadi koordinator tarwiyah. Dia mengatakan, ada 148 orang yang masuk dalam kelompoknya. Mereka berasal dari sejumlah kelompok terbang (kloter) Embarkasi Batam (BTH) dan Embarkasi Padang (PDG). “Kami berangkat menggunakan tiga bus ke Mina yang disediakan oleh maktab,” katanya, Kamis (8/8).
Menurutnya, jamaah yang ikut melakukan sunah tarwiyah sebelumnya mendaftar dengan membayar 200 riyal kepada maktab. Biaya itu untuk menyewa bus dari Mekkah ke Mina dan dari Mina ke Arafah. Demikian pula, urusan konsumsi jamaah selama di tarwiyah juga ditanggung pihak maktab.
“Perbekalan kami hanya kain ihram, perlengkapan mandi, dan identitas,” katanya.
Abdillah mengatakan, untuk mengikuti tarwiyah ini, dirinya selaku koordinator harus melaporkan jamaah yang ikut tarwiyah ke kepala kloter. Setelah itu, melapor ke kepala sektor yang kemudian dilaporkan ke Kantor Urusan Haji Indonesia Makkah.
Abdillah menyadari, ibadah tarwiyah tidak difasilitasi oleh pemerintah Indonesia melalui PPIH Arab Saudi. Karena itu, dia dan kelompoknya siap dengan segala risikonya untuk mengikuti tarwiyah ini.
Menurutnya, dirinya sengaja melakukan tarwiyah karena mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW. Dulu, Rasulullah juga mabit (menginap) di Mina sebelum ke Arafah. “Kami mengikuti nabi, berdiam di Mina, shalat berjamaah dan di-qasar untuk shalat yang empat rakaat,” ujarnya.
Abdillah menjelaskan, kelompoknya akan bergerak dari Mina ke Arafah pada Sabtu (10/8) dini hari agar tidak terlambat. Kondisi jalan yang padat membuatnya harus bergerak lebih awal agar tidak ketinggalan shalat zuhur saat di Arafah.
Tanggapan PPIH
Sementara, Kepala PPIH Arab Saudi Daker Makkah, Subhan Cholid, jamaah haji yang ingin melaksanakan sunah tarwiyah akan berangkat dari hotelnya di Makkah ke Mina pada Kamis (8/8) sore. Adapun batas akhirnya yaitu hingga Kamis (8/8) malam.
"Kalau Jumat pagi sudah tidak bisa karena itu sudah jadwal jamaah haji dari Makkah yang ke Arafah," kata Subhan.
Menurut Subhan, para jamaah haji yang melakukan sunah tarwiyah akan menginap di tenda Mina. Di sana, mereka akan dilayani oleh pihak Maktab.
"Makanan sudah tersedia di sana. Dilayani oleh pihak Maktab," kata Subhan.
Terkait hal ini, Subhan mengatakan, PPIH Arab Saudi memang tak memfasilitasi jamaah haji yang ingin melaksanakan tarwiyah. Sebab, pemerintah berfokus pada pelaksanaan wukuf, yang tak lain puncak haji.
"Ada sebagian jamaah yang akan melaksanakan tarwiyah yang merupakan salah satu sunah dalam ibadah haji. Namun, pemerintah Indonenesia tak melaksanakan, mengagendakan, dan memprogramkan pelaksanaan ibadah tarwiyah untuk seluruh jamaah haji Indonesia," kata Subhan.
Dia menjelaskan, pertimbangan pemerintah dalam hal ini adalah pelaksanaan tarwiyah berlangsung pada 8 Dzulhijah atau satu hari menjelang wukuf di Arafah.
Sementara itu, wukuf di Arafah adalah rukun haji dengan waktu yang sangat pendek. "Dengan pertimbangan keabsahan haji, pemerintah berkonsentrasi pada rukun hajinya yaitu wukuf di Arafah," jelas Subhan.
Menurut dia, jika PPIH berkonsentrasi pada tarwiyah, dikhawatirkan ada sebagian jamaah karena satu dan lain hal tidak bisa melaksanakan wukuf. Maka, tarwiyah menjadi pilihan bagi jamaah, pemerintah tidak melaksanakan prosesi tarwiyah itu sendiri.