IHRAM.CO.ID, JAKARTA— Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumpulkan Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah. Para TKHI ini dikumpulkan untuk diberikan pengarahan terkait persiapan Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Anggota TPP, Aji Muhawarman, mengatakan sebanyak 529 orang TKHI yang mewakili tenaga kesehatan di tiap kloter, dikumpulkan pada Rabu (7/8) sore WAS.
"Mereka berkumpul di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, di kawasan Aziziyah Janubiyah Kota Makkah," kata Aji kepada Republika, Kamis (8/8) malam.
Aji mengatakan, para TKHI itu mendapat pengarahan dari Kepala Pusat Kesehatan Haji Eka Jusup Singka dan pendalaman materi dari Kepala Seksi Kesehatan dari tiga daerah kerja, Koordinator TGC, dan Koordinator TPP.
Aji mengatakan, dalam pengarahannya Kapuskeshaji, Eka Jusup Singka, mengingatkan kembali perihal lima faktor risiko yang dapat mempengaruhi status kesehatan para jamaah haji Indonesia.
"Karena lima faktor resiko ini juga berlaku pada masa Armuzna dan harus menjadi perhatian bersama," katanya.
Aji menuturkan, lima faktor risiko yang disampaikan Kapuskes haji itu pertama kecukupan cairan dalam tubuh. Untuk itu, TKHI diminta agar mengajak jamaahnya untuk sering minum air.
Kapuskes mengingatkan agar TKHI untuk menginisiasi gerakan minum air bersama setiap dua jam sekali pada pukul 10.00-16.00 WAS.
Faktor risiko kedua, adalah cuaca yang panas. Selama di Arafah dan Mina, jamaah haji akan berada di padang pasir yang luas dan tandus. Jika harus beraktivitas keluar tenda, gunakan selalu alat pelindung diri. "Jamaah harus pake APD, terutama payung dan semprotan," katanya.
Faktor ketiga yang menyebabkan kelelahan di Mina, adalah karena jamaah akan berjalan kaki sekitar 6-14 kilometer, mulai dari tenda ke jamarat dan kembali lagi ke tendanya. Bagi jamaah lansia sebaiknya tidak memaksakan diri untuk melontar. "Untuk itu, aktivitas melontar jumrah bisa diwakilkan oleh teman, keluarga atau petugas kloternya, karena itu bukan rukun haji," katanya.
Faktor keempat adalah kemampuan beradaptasi dengan lingkungannya. Bagi yang tidak mampu cepat beradaptasi akan mengalami stres. Dan faktor kelima ialah perilaku jamaah yang tidak sehat, seperti contohnya merokok.
Menyikapi itu semua, kata Aji, Kapuskes meminta TKHI untuk sering memberikan edukasi kepada jamaahnya. Sambil menjaga sikap untuk tetap bersabar dan memohon pertolongan kepada Allah SWT. “TKHI harus tetap tawadhu, banyak berzikir dan istighfar," kata Aji menirukan apa yang disampaikan Eka.
Terkait ibadah tarwiyah yang akan dilakukan oleh sebagian jamaah haji Indonesia, Kapuskeshaji dengan tegas meminta TKHI agar tidak ikut serta mendampingi perjalanan mereka.
Karena tarwiyah sudah jelas bukan kebijakan pemerintah. Konsekuensinya, jamaah haji tidak akan mendapatkan konsumsi, sarana transportasi, dan akomodasi. Sehingga dapat menjadi kondisi yang menyulitkan bagi jamaah dan petugas.
Kapuskeshaji optimistis dengan kemampuan yang dimiliki TKHI untuk melayani jamaahnya selama masa Armuzna. Dia berharap seluruh petugas kesehatan haji diberikan kekuatan dan kesehatan sehingga bisa menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya.
Sebelum mendapatkan pengarahan dari Kapuskeshaji, seluruh TKHI menerima materi beragam tentang pengelolaan pelayanan kesehatan di Armuzna. Pos Kesehatan Arafah menjadi tanggung jawab Tim Mobile Bandara.
Sementara pelayanan kesehatan di area Muzdalifah berada di bawah kendali seksi kesehatan Daker Makkah. Sedangkan Pos Kesehatan Mina di bawah tanggung jawab seksi kesehatan Daker Madinah.
TKHI diminta agar memahami benar jalur rujukan sesuai triasenya. Jika kondisi pasien pada triase kuning maka dapat dirujuk ke Pos Kesehatan Arafah atau Mina. Sedangkan jika statusnya triase merah, langsung dirujuk ke klinik kesehatan milik Arab Saudi.