IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Sekretaris Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji (P3JH) Pradipta Suarsyah memberikan berbagai tips tetang menjaga kesehatan saat penyelenggaraan puncak ibadah haji. Sebab, momen yang berlangsung sekitar lima hari ini akan menguras energi jamaah haji.
Menurut dokter di RS Haji Jakarta itu, jamaah diharapkan menjaga tidur yang cukup. Sebab, pada saat puncak haji--baik di Arafah, Muzdalifah, maupun Mina (Armuzna)--jamaah memiliki kemungkinan sulit tidur. Apalagi bila kondisi tenda dan lingkungan yang kurang nyaman.
Selain itu, jamaah agar selalu menjaga asupan makanan setiap hari. Jangan sampai tidak makan atau lupa. “Jangan karena mengikuti rombongan sehingga makan terabaikan. Dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya, banyak yang mengeluh nyeri perutnya (maag) dan lemas,” tutur Pradipta, Jumat (9/8).
Selain itu, dia mengimbau agar jamaah haji minum air secukupnya. Sebab, aktivitas Armuzna adalah puncaknya aktivitas fisik bagi jamaah haji selama di Tanah Suci. Inilah momen ketika fisik mereka lebih sering terpapar sinar terik matahari.
“Tubuh akan memerlukan cairan yang cukup. Tanda-tanda kurang air (cairan) tubuh bisa dikenali lebih awal, yaitu mulut dan bibir kering, pecah-pecah, kepala pusing, kulit kering, air seni kuning pekat, merasa demam, sesak nafas, mata cekung,” papar Pradipta.
Kemudian, jamaah diharap membawa obat-obat pribadi yang rutin diminum . Di antaranya, obat diabetes dan obat hipertensi. Selain itu, obat-obat lain dapat juga dibawa jika penyakit tertentu dialami secara kambuhan. Misalnya, asma, vertigo, dan rhinitis alergika.
Jamaah juga agar selalu membawa semprotan air. Dengan demikian, kepala dan wajah mereka dapat disegarkan dengan air secara berkala. Demikian pula dengan bagian tubuh lain yang terbuka sinar matahari. Ini demi mencegah serangan panas (heat stroke).
Pradipta juga mengimbau jamaah agar menggunakan kacamata gelap dan pelembab dengan tabir surya yang dapat digunakan demi menjaga kelembaban kulit.
Tak kalah penting, jamaah diimbau untuk membawa sandal yang nyaman untuk berjalan. “Sandal sangat penting. Jangan sampai hilang. Sandal juga harus dibawa sendiri-sendiri,” tegas dia.
Selain itu, jamaah juga diharapkan mengurangi aktivitas di luar tenda, terutama selama di Padang Arafah. “Lebih baik berdiam di tenda dan memaksimalkan ibadah di dalam tenda. Hal ini untuk menghindari dampak sengatan sinar matahari dan menurunkan risiko dehidrasi,” ujar dia.
“Ikuti juga jadwal lempar jumrah sesuai arahan pembimbing ibadah. Hal ini wajib karena banyak kasus jamaah berdesakan dengan waktu lempar jumrah negara lain sehingga harus berdesakan dengan postur jamaah yang lebih besar. Ini membahayakan jamaah sendiri,” kata Pradipta menutup pembicaraan.