IHRAM.CO.ID, MAKKAH --Kementerian Agama (Kemenag) akan tetap mempertahankan sistem zonasi untuk pemondokan jamaah haji Indonesia di Makkah. Karena, sistem zonasi memudahkan petugas maupun jamaah haji selama berada di Makakh.
"Hasil evaluasi awal dengan jajaran Ditjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah, sistem zonasi akan dipertahankan pada musim haji mendatang," kata Sekjen Kemenag M Nur Kholis Setiawan usai meninjau hotel 713 di Misfalah dan 206 di Syisah, Makkah, Ahad (25/8).
Tahun ini, kali pertama Kemenag memberlakukan sistem zonasi di Makkah. Ada tujuh zona hotel jemaah, yaitu: Syisah, Syisyah-Raudlah, Mahbas Jin, Raudlah, Misfalah, Jarwal, dan Rey Bakhsy.
"Sistem ini dinilai efektif. Secara psikologis jemaah terlihat lebih nyaman dan percaya diri karena kumpul dengan komunitasnya," ujarnya.
"Sistem zonasi juga memudahkan petugas, salah satunya dalam penyajian menu katering sesuai khas daerahnya," tambah Nur Kholis.
Meski demikian, Nur Kholis menyampaikan bahwa ada sejumlah catatan penguatan ke depan. Salah satunya, konfigurasi petugas. Ini mencakup komposisi petugas yang lama dan baru, lintas instansi, termasuk juga komposisi daerah.
"Beberapa kejadian tahun ini, ada sejumlah jemaah yang lupa arah jalan pulang hingga sampai zona yang berbeda. Kadang ada kendala bahasa saat akan mengidentifikasi asal sektor dan hotelnya," ujar Nur Kholis.
Penguatan lainnya pada aspek konfigurasi hotel. M Nur Kholis berharap penempatan hotel jemaah bisa diatur sedemikian rupa agar tidak sampai terjadi pecah kloter. "Atau, meski satu hotel, lantainya tidak berjauhan sehingga memudahkan dalam layanan," tuturnya.
Tiga tahun terakhir ikut terlibat dalam Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH), Sekjen Kemenag memastikan perbaikan terus dilakukan berdasarkan evaluasi penyelenggaraan haji di setiap tahunnya. "Catatan evaluasi selalu kami jadikan lessons learned untuk perbaikan penyelenggaraan tahun mendatang," katanya.