IHRAM.CO.ID, MAKKAH -- Al-Khatib dalam bukunya, The History of Baghdad dan Ibnu Jeed memaparkan secara perinci kontribusi Zubayda ini. Mereka menegaskan, rute jalan dari Baghdad ke Makkah yang semula berselimut padang pasar berubah menjadi begitu hidup. Banyak fasilitas yang dibangun pada 900 mil itu dan dijuluki sebagai "Road of Zubayda".
Salin TS Al Hassani, profesor emeritus di University of Manchester dan Ketua Foundation for Science, Technology, and Civilisation (FSTC), Manchester, Inggris, dalam tulisannya Women's Contribution to Classical Islamic Civilisation, mengatakan Zubayda menjadi perempuan terkaya dan berpengaruh pada masanya.
Zubayda suka bederma dan sangat murah hati yang diwujudkan melalui pendirian bangunan di sejumlah kota. Dia, ujar Hassani, memang dikenal dengan proyek raksasa berupa saluran-saluran air bersih untuk jamaah haji. Zubayda juga menyukai seni dan puisi dan menjadi pelindung para seniman serta penulis puisi.
Sejarawan Ibnu Khallikan menyebutkan, istana Zubayda selalu terdengar begitu ramai oleh seratus perempuan yang hafal Alquran. Di samping itu, ia sering kali diingat oleh banyak orang karena dermanya kepada para ulama dan fakir miskin serta proyek kemanusiaan lain yang dijalankan atas perintahnya.
Zubayda binti Ja'far binti Mansur, yang meninggal pada 10 Juli 831 Masehi, merupakan cucu perempuan Khalifah Abbasiyah, Al Mansur dari jalur ayah dan merupakan sepupu Harun al-Rasyid dari jalur ibu. Zubayda merupakan nama panggilan kesayangan yang disematkan oleh kakeknya. Nama yang diberikan saat ia lahir adalah Amat al-Aziz. Mengapa sang kakek memanggilnya dengan nama itu? Sebab, cucu perempuannya itu memiliki kulit putih dan lembut.