REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyebaran virus Covid-19 masih menghantui dunia. Virus yang diduga kuat berasal dari hewan liar itu kini telah merenggut ribuan nyawa manusia. Sejumlah pihak pun menilai bahwa wabah ini memiliki hikmah bagi peradaban manusia, terutama ihwal jenis makanan yang dikonsumsi.
Virus Covid-19 atau Corona diketahui pertama kali menjangkiti manusia pada akhir Desember lalu di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China. Sebuah riset yang dipublikasikan di jurnal medis internasional, The Lancet, menemukan bahwa 27 dari 41 orang pertama yang terinfeksi ternyata pernah berinteraksi langsung dengan pasar hewan laut Hunan di Wuhan. Pasar ini diketahui juga menjual hewan liar seperti kelelawar dan ular.
Presiden EcoHealth Alliance, Peter Daszak, yang telah bekerja di China selama 15 tahun untuk mempelajari penyakit yang berpindah dari hewan ke manusia, mengatakan, virus itu kemungkinan besar berasal dari kelelawar. “Kami belum tahu sumbernya, tetapi ada cukup bukti kuat bahwa ini asalnya adalah virus korona kelelawar," katanya sebagaimana dilansir The New York Times, akhir Januari lalu.
Sejumlah pakar lain juga menduga virus itu berasal dari ular dan trenggiling. Meski belum ada kepastian terkait asal dan cara virus ini berpindah ke manusia, tapi pada akhir Februari lalu, pemerintah China telah mengeluarkan larangan mengonsumsi satwa liar darat untuk sementara waktu.
Namun demikian, virus ini sudah terlanjur menyebar ke berbagai penjuru dunia, tak terkecuali ke Indonesia. Hingga Jumat, 27 Maret 2020, kasus positif Covid-19 di Tanah Air telah mencapai 1.046 kasus. Sebanyak 87 di antaranya meninggal dan 46 sembuh.
Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center (IHLC), Sapta Nirwandar, mengatakan, salah satu hikmah dari wabah ini adalah soal betapa pentingnya mengonsumsi makanan halal. Sebab, menurut dia, makanan yang tidak halal berpotensi besar mengakibatkan penyakit seperti yang terjadi sekarang.
"Kalau sudah tahu bahwa kelelawar, bajing, ular dan seterusnya itu binatang menjijikkan (haram), ya tidak usah dimakan. Makanlah makanan yang dianjurkan, yakni yang halal dan tayibah," ungkap Sapta kepada Republika.co.id, Selasa (24/3).
Sapta menambahkan, makanan halal juga adalah makanan yang higienis. Bahkan, kata dia, komentator kuliner dunia juga mengakui bahwa makanan halal itu sehat dan aman.
"Sudah saatnya kita kembali ke makanan halal. Tak hanya meningkatkan iman, tapi juga meningkatkan daya tahan tubuh," kata Sapta.
Direktur Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika (LPPOM) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Lukmanul Hakim, juga mengatakan bahwa makanan halal itu adalah makanan sehat dan bernutrisi. Ia pun mengajak masyarakat Indonesia untuk mengonsumsi makanan halal.
Terlebih saat virus Corona mewabah, daya imun tubuh harus ditingkatkan. Salah satu caranya, kata dia, dengan mengonsumsi makanan halal. "Tentu halal dan tayibah itu pilihan sangat baik dalam kondisi seperti ini," kata Lukman kepada Republika.co.id, Selasa (24/3).