Ahad 05 Apr 2020 12:56 WIB
Kisah Dari Hawai

Coronaloha: Kisah Hidup Di Hawai Di Tengah Pandemi Corona

Kisah tinggal Hawai di tengah pandemi Corona

Pantai Wakiki di Hawaii yang berubah jadi kota mati selama pandemi Corona
Foto:

             *****

Adanya kebijakan keras ini, selang sehari kemudian, Sang Walikota Honolulu mempertegas kebijakan publiknya dengan mengelurkan perintah agar warga diam di rumah, dan melakukan kerja atau Work From Home. Dia juga mengeluarkan aturan untuk menutup segala bisnis yang bukan esensial, menerapkan 'Social Distancing 6 feet' (jarak sosial selebar 6 kaki),  hingga melarang adanya keramaian baik secara publik maupun privat. Andai ada warga yang melanggar maka ia akan dikenai denda sebear 5000 dollar atau dipenjara maksimal satu tahun.

Gubernur dalam pidatonya menyatakan memang tak bisa memperkirakan seberapa parah dampak ekonomi pandemi Corona bagi Hawaii, Namun, katanya, ada hal yang paling utama, yakni keselamatan warga Hawaii. "Selama masyarakat Hawaii bisa terselamatkan maka kita bisa membangun lagi perekonomian kita. Nyawa yang hilang tak bisa kembali, tapi ekonomi yang hilang bisa dibangun lagi,'' tegas sang gubernur.

Dan semenjak pengumuman itulah Hawaii berubah total menjadi kota mati. Satu demi satu hotel mulai tutup. Pantai Waikiki dijaga polisi. Restoran-restoran yang biasanya ramai dengan turis mulai menutup bisnisnya. Beberapa teroran masih mencoba bisa survive dengan melayani take out order, itupun hanya menyisakan dua tukang masak saja.

Wilayah pantai Waikiki kini juga jadi kota mati. Ribuan turis yang tiap hari memenuhi jalan sepanjang Kalakaua Avenue kini menghilang. Toko-toko merk terkenal memadamkan lampunya.Salon, Gym, dan gerai pernik cendera mata khas Hawaii tutup.

Melalui 'social distancing' dengan menggelorkan kearifan lokal Hawaii yang selama ini mulai luntur yang disebut 'Ohana' (Kita semua adalah Keluarga) kini dibangkitkan kembali. Sekarang Ohana sudah ada fenomena baru. Sebab, ada fenomena baru yang mengkhawatirkan di Hawaii: andai kita sedang di keramaian atau di bis kota dan tiba-tiba batuk atau bersin, maka semua orang akan menjauh dengan pandangan mata penuh kebencian sekaligus takut.

  • Keterangan Foto: Sarana angkutan umum kosong selama pandemi Corona

Efek lain yang nyata dari pandemi virus China ini adalah hanya dalam dua minggu Pengangguran di Hawaii melonjak dari 13.000 jadi 50.000 -an orang. Bahkan diperkirakan akan mencapai 100.000-an kalau kondisi makin memburuk. Ini pun sama dengan situasi di wilayah Amerika Serikat lainnya yang kini hidup dalam krisis setelah pengangguran meledak hingga dari angka 130.000 orang (terendah dalam sejarah ketenagakerjaan di Amerika) menjadi 10 juta dalam jangka kurang dari sebulan (terparah dalam sejarah ketenagakerjaan Amerika). Maka warga Amerika kini berbondong-bondong mendaftarkan diri sebagai pengangguran untuk mendapatkan kompensasi selama menganggur.

Dan sampai hari ini, setelah hampir sebulan semenjak kasus Corona pertama, per 2 April 2020. jumlah pengidap Corona virus di Hawaii melejit hingga 285 orang, 2 meninggal, dan 15 orang dalam perawatan intensif.

                       ******

Namun apa pun itu 'Life must go on'. Dalam suatu kesempatan di penghujung sore ketika sedang berada di laundry room, sempat penulis dengarkan pendapat dari native Hawaii yang tinggal di gedung yang sama dengan pandemi Corona. Katanya, ia percaya setiap entitas yang ada di alam semesta ini punya ruh!. Mendengar pendapat ini tentu sangat mengejutkanku. Mungkin, bagiku itu nggak sepenuhnya benar, tapi pendapatnya pantas kurenungkan: ”Jangan salahkan virus Coronanya, mereka cuma juga sama yakni ingin bertahan hidup".

"Jadi sama seperti kita yang ingin bertahan hidup di muka bumi ini. Mungkin kamu mengatakan aku gila, tapi perhatikan kalau kita, manusia sudah mulai merusak tempat tinggalnya, membabat hutan belantara, membakar batubara untuk pabrik yang mengakibatkan polusi, menanami hutan-hutan beton, menghisap sari pati kehidupan demi keserakahan yang diselimuti kata bijak kesejahteraan sosial, maka imunitas bumi akan bekerja membasmi virus-virus yang ingin menghancurkannya,'' ujarnya dengan penuh keyakinan.

Maka, lanjut dia: "Lihtlah kini, lubang ozon sedang menyembuhkan dirinya ketika manusia memberhentikan pabriknya, mereka tidak lagi berkendara di jalanan, dan diam di rumah. Bumi sekarang bisa menghela nafas tanpa rasa sesak di dada, langit lebih biru, bumi makin sejuk, pemanasan global menurun drastis. Manusia adanya pandemi ini manusia harus membayar sangat mahal terhadap apa yang telah mereka perbuat pada buminya selama ini."

"Ingatlah! Di atas kehidupan masih ada kehidupan dan kita sering tak menyadarinya. Virus adalah bagian kecil dari tubuh kita. Ia hidup di levelnya dan dimensi berbeda dengan apa yang kita rasakan. Tapi dampaknya bisa sangat merusak dan mengancam hidup kita.

Dan sama seperti halnya kita, manusia hanyalah bagian sangat kecil dari alam semesta.Seperti butir pasir di pantai, diantara milyaran tata surya, diantara milyaran galaksi,'' tuturnya lagi.

Dari penjelasannya orang asli Hawaii, ada hal yang kusetujui, yakni sebagian besar dari kita memang rakus akan harta benda yang didapatkan dengan cara-cara merusak alam. Sedangkan yang tak kusetujui dari pendapat itu adalah manusia sudah disamakan dengan virus Corona. Padahal layknua dua sisi keping mata uang,  manusia juga punya sisi baik dan buru. Dan manusia itu tetap masih punya sisi kebaikan. Khususnya sebagai Muslim saya tetap merasa mewarisi semangat Rahmatan lil alamin, sebagai khalifah di bumi tempat berpijak.

Akhirnya kata 'Aloha' yang dikaitkan dengan sebutan virus China, Corona, bisa juga bermakna perpisahan. Maka bila ada teriakan: Coronaloha!! Warga Hawaii sadar dan berusaha bahu membahu melawan virus ini dan ingin menendangnya cepat-cepat keluar dari pulau.

Sungguh begitu ramahnya orang Hawaii, untuk sesuatu yang mengancam hidupnya mereka masih bisa berucap salam: Selamat tinggal Corona

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement