REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ka’bah sebagai tempat paling suci umat Muslim selalu dipenuhi oleh jamaah pada tiap waktu. Para jamaah dari segala penjuru dunia datang untuk melaksanakan ibadah, baik itu haji dan umroh. Lantas, apa yang melatarbelakangi gemarnya umat Muslim datang ke sana?
Dalam kitab Bulughul-Maram karya Ibnu Hajar al-Asqalani dijelaskan haji sebagai salah satu rukun Islam merupakan suatu ibadah khusus yang dilakukan pada suatu waktu yang khusus. Umat Islam mengenal ibadah haji dilakukan tiap tahun sekali di musim haji.
Sedangkan umroh dapat dilakukan di luar waktu haji. Namun siapa sangka, nilai ganjaran dari kedua ibadah ini sangatlah luar biasa. Allah mengganjar kedua amalan ibadah ini bagi pelakunya dengan balasan surga.
Hal itu sebagaimana yang diterangkan Rasulullah SAW dalam hadis sebagaimana yang diceritakan oleh Abu Hurairah. Hadisnya berbunyi: "An Abi Hurairah, anna Rasulullahi SAW qala: al-umratu ilal-umrati kaffaratun lima bainahuma. Wal-hajjul-mabruru laysa lahu jaza-un illal-jannata,”.
Yang artinya: “Dari Abu Hurairah, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: umroh satu ke umroh lainnya, dan haji mabrur tidak ada ganjaran bagi (yang melakukan)-nya kecuali surga,”. Hadits ini merupakan kategori hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Adapun takhrij hadis ini juga disebutkan dalam sejumlah literatur Islam lainnya seperti pada kitab Shahih Bukhari dan Fadhl al-Hajj al-Mabrur. Artinya, keshahihan hadis ini begitu kuat sebab tak ada cacat yang ditemui dalam jalur periwayatannya.
Namun tentu saja, sebagai umat Muslim kita percaya bahwa ibadah yang tulus dan ikhlas kepada Allah harus dilandasi dengan niat yang benar. Akan menjadi perkara lain apabila ibadah haji dan umrah yang dilakukan dilandasi dengan niat yang salah, atau bahkan hanya sekadar bertujuan riya kepada manusia semata. Naudzubillah.