REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Meski hidup di era digital seperti sekarang yang setiap aktivitas dapat dimanjakan teknologi, namun keberadaan uang tunai nyatanya masih menjadi hal yang vital. Tak terkecuali untuk para jamaah haji dan umroh yang ada di Makkah maupun Madinah.
Ketua Rabithah Haji Indonesia, Ade Marfuddin, mengatakan peran uang tunai masih sangat dibutuhkan bagi para jamaah umroh.
Misalnya untuk membeli keperluan yang sifatnya mendadak seperti untuk membayar Dam (denda atas pelanggaran haji), ongkos taksi, membeli jajanan ringan, hingga, hingga bersedekah.
“Uang tunai di zaman now ini meski sudah banyak bergeser ke digital, tapi masih sangat penting dibawa oleh jamaah haji dan umroh," kata Ade saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (9/4).
Meski demikian dia menjabarkan, saat ini telah banyak tempat penukaran uang maupun anjungan tunai mandiri (ATM) yang dapat diakses jamaah Indonesia yang tersedia di Arab Saudi. Sehingga banyak dari jamaah asal Indonesia yang membutuhkan uang tunai, kata dia, dapat mengakses fasilitas tersebut.
Hanya saja dia mengecualikan, terjadi pergeseran budaya memegang uang bagi umumnya kalangan jamaah menengah ke atas. Umumnya mereka, kata Ade, tidak membawa uang tunai saat berbelanja sebab lebih mengandalkan uang digital maupun debet saat melakukan transaksi ke kasir.
Pembimbing jamaah haji dan umroh dari Cibubur, KH Syamsuddin, menceritakan pengalamannya selama membimbing jamaah haji dan umrah di tanah suci.
Menurut dia, adanya uang tunai tidak bisa dihilangkan sama sekali untuk keperluan jamaah. “Apalagi kalau jamaahnya usia lanjut dan memang berasal dari kalangan menengah,” kata Ustaz Syamsuddin.
Tak hanya itu, dia menceritakan, tak sedikit dari jamaah yang pernah dibimbingnya dalam melakukan ibadah itu yang tidak mengerti cara menukarkan uang atau menggesek uang di ATM saat di Arab Saudi.
Sehingga untuk berjaga-jaga, dia kerap membawa uang tunai cadangan agar dapat berjaga-jaga bila ada jamaah yang membutuhkan.
Adanya uang tunai di tangan jamaah, menurut Ustaz Syamsuddin, agar tidak tercecer saat melakukan tur wisata. Wisata religi yang kerap dibarengi dengan berbelanja di pasar-pasar sekitar Makkah maupun Madinah, kata dia, membutuhkan usaha lebih bagi orang-orang lanjut usia.
“Sehingga apabila salah satu atau banyak di antara mereka harus gesek uang ke ATM, kami (pembimbing) yang khawatir. Karena takut nyasar, takut ditipu penjual, dan kekhawatiran lainnya," kata dia.
Untuk itu tiap melakukan ibadah umroh dengan mendampingi sejumlah jamaah, Ustaz Syamsuddin selalu menganjurkan jamaahnya agar membawa uang tunai. Dia pun tak lupa memberikan imbauan agar para jamaah yang tak bisa mengaplikasikan ATM saat mengambil uang untuk segera mendatanginya.
Salah satu jamaah haji 2014, Ustazah Sa’anih menyampaikan, uang tunai merupakan kebutuhan yang sulit digantikan oleh uang digital.
Dirinya mengaku kerap merasa terbantu dengan membawa uang tunai saat menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam. “Ada dua mata uang yang saya bawa, riyal dan dolar,” ujarnya.
Alasannya membawa dolar adalah untuk berjaga-jaga apabila uang tunai riyal yang dimiliki habis. Adapun sebab membawa dolar dibanding mata uang lainnya adalah nilai mata uang tersebut yang stabil ketika ditukarkan. Artinya, tak ada kekhawatiran akan terpotong jatuh saat akan ditukarkan dengan riyal meski berada di Arab Saudi.
Dia pun mengaku masih belum terlalu familier menggunakan uang digital. Sehingga alternatif utama yang ia gunakan hingga saat ini apabila pergi beribadah ke Tanah Suci adalah dengan membawa uang tunai. Baik untuk kebutuhan mendadak maupun untuk kebutuhan yang bersifat pasti.