REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Kepala Organisasi Haji dan Ziarah Iran berharap pandemi Covid-19 akan hilang pada saat musim panas dimulai dan haji tetap diadakan. Meski demikian, ia mengatakan Iran telah menyiapkan skenario yang berbeda untuk pelaksanaan haji jika hal tersebut tak terlaksana.
Ali Reza Rashidian mengatakan jika krisis Covid-19 berakhir dan Saudi membuat keputusan ibadah haji tetap berjalan, Iran akan mengirim jamaah sambil tetap mempertimbangkan semua kondisi, termasuk kesehatan jamaah yang berangkat.
"Interaksi dengan Arab Saudi masih berlanjut dalam hal ini," katanya dikutip di Iqna, Selasa (14/4).
Rashidian menambahkan Republik Islam Iran adalah perintis di antara negara-negara Muslim, yang bekerja sama dalam pengorganisasian haji dalam hal melindungi kesehatan jamaah haji.
Dia juga mengatakan, jika pandemi Covid-19 berlanjut dan Arab Saudi memutuskan untuk melaksanakan ibadah haji, mereka yang berisiko tinggi tertular penyakit tersebut tidak akan dikirim ke Tanah Suci.
Sementara jika haji tahun ini dibatalkan, orang-orang Iran yang telah mendaftar haji akan dikirim ke Arab Saudi tahun depan. Kuota haji untuk Iran pada tahun ini adalah 87.550 peziarah.
Ibadah haji adalah ziarah ke Makkah yang dilakukan setiap Muslim yang mampu. Mereka yang mampu secara finansial diwajibkan untuk melakukan ibadah ini setidaknya satu kali selama hidup mereka.
Bulan lalu, Arab Saudi menghentikan ziarah Umrah sepanjang tahun. Hal ini dilakukan karena kekhawatiran akan pandemi Covid-19 menyebar ke kota-kota paling suci di Islam, Makkah dan Madinah.
Pihak berwenang Arab Saudi belum mengumumkan apakah mereka akan melanjutkan haji tahun ini, yang dijadwalkan berlangsung akhir Juli. Sementara pekan lalu, Saudi mendesak umat Islam untuk menunda sementara persiapan haji.