REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Arab Saudi belum memutuskan untuk membuka pelaksanaan haji tahun 2020. Meski demikian, Pemerintah Indonesia sudah mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi jika pelaksanaan haji kembali dibuka.
Kementerian Kesehatan melalui Pusat Kesehatan Haji mendukung kebijakan Kementerian Agama dalam persiapan penyelenggaraan haji tahun ini tetap berjalan, meskipun belum ada keputusan terkait hal itu.
“Kami (Kemenkes) mendukung penyelenggaraan haji oleh Kemenag. Walaupun belum diputuskan, maka kami tetap melakukan pemeriksaan dan pembinaan kesehatan haji termasuk pemberian vaksin,” ujar Kepala Pusat Kesehatan Haji Kemenkes, Eka Jusuf Singka Eka, dalam keterangan yang didapat Republika, Selasa (14/4).
Jika penyelenggaraan haji tetap dilaksanakan, Eka menyebut pihaknya juga tengah menyiapkan beberapa protokol pemeriksaan jamaah haji. Salah satunya dengan menyiapkan rapid test.
Rapid test merupakan alat untuk melihat antibodi dalam diri jamaah Indonesia. Namun perlu diperhatikan, hasil tes ini untuk melihat antibody bukan antigen.
Menurut Eka, antibodi merupakan pelindung tubuh dari serangan virus dari luar. Sehingga antibodi ini hanya bisa terlihat dengan cara rapid test tersebut. Hanya saja, untuk melakukan rapid test ada kriterianya dan tidak semua orang bisa mengikuti rapid test.
“Kalau diibaratkan, antibodi adalah “tentara” yang muncul dalam tubuh kita kalau ada serangan dari luar. Kita ibaratkan badan kita adalah negara dan covid adalah musuh atau penyerang, makanya ada antibodinya,” kata dia.
Pusat Kesehatan haji juga sudah mengantisipasi jika nantinya ada jamaah haji yang terkena Covid-19. Pihaknya sudah berkirim surat kepada Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kemenag agar meminta Asrama Haji menyiapkan satu ruangan steril sebagai bentuk antisipasinya.
“Kalau seandainya nanti jemaah haji terkena covid19 di embarkasi langsug dikarantinakan di asrama haji. Saat jamaah berada di asrama haji, kami juga sudah meminta disediakan ruangan steril untuk kita menjaga-jaga dan Pak Sekjen (Sekjen Kemenkes) sudah bersurat kepada pak Dirjen (Dirjen PHU) meminta ada satu ruangan tersebut, sekarang kita positif saja, tapi nanti kita siapkan semuanya,” ujarnya.
Jemaah haji yang jumlahnya 221 ribu ini, menurutnya tidak bisa semua mengikuti rapid test. Rapid test bisa diulang hingga dua kali. Selain menggunakan rapid test, pemeriksaan virus Covid-19 juga menggunakan VCR (Visual Conversion Reaction).
Pihaknya saat ini juga terus mengikuti perkembangan pandemik Covid-19 di seluruh dunia. Akan diatur ke depannya untuk pemeriksaan test corona virus dan VCR.
“Kita harus menjamin jamaah haji kita bebas dari Corona saat nanti ke Saudi karena mereka sangat ketat,” ucap Eka.