Selasa 14 Apr 2020 17:24 WIB

Lajnah Falakiyah NU Tetap Gelar Rukyat Hilal, Meski Terbatas

Lajnah Falakiyah NU tetap gelar rukyat hilal untuk tentukan awal Ramadhan.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Lajnah Falakiyah NU tetap gelar rukyat hilal untuk tentukan awal Ramadhan. Rukyat hilal tim PCNU Gresik (ilustrasi)
Foto: Antara/Zabur Karuru
Lajnah Falakiyah NU tetap gelar rukyat hilal untuk tentukan awal Ramadhan. Rukyat hilal tim PCNU Gresik (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan melakukan rukyat hilal tertutup untuk menentukan awal Ramadhan 1441 Hijriyah pada 23 April 2020. 

Rukyat hilal tertutup dilakukan untuk memastikan tim pemantau hilal tidak tertular atau menularkan wabah virus corona atau Covid-19.  

Baca Juga

Wakil Ketua Lembaga Falakiyah PBNU, Hendro Setyanto, mengatakan, pihaknya akan tetap melakukan rukyatul hilal di beberapa titik meski sedang terjadi pandemi Covid-19. Pemantauan hilal tahun ini disebut rukyat hilal tertutup, artinya membatasi jumlah orang dalam tim rukyat hilal. 

"Jadi kita melakukan rukyat hilal secara tertutup untuk menghindari penyebaran wabah Covid-19, itu pun kita batasi orang yang melakukan rukyat hilal sedikit mungkin," kata Hendro kepada Republika.co.id, Selasa (13/4). 

Dia menyampaikan, rukyat hilal hukumnya fardhu kifayah. Jadi pemantauan hilal tetap dilakukan tapi dengan mengikuti protokol kesehatan untuk menjaga diri agar tidak tertular atau menularkan virus. 

Rukyat hilal tahun lalu dilakukan di seratus lokasi, tahun ini karena sedang terjadi pandemi Covid-19 akan dikurangi.  

Misalnya rukyat hilal di Jakarta cukup di satu titik saja dan di Jawa Timur di beberapa titik saja. Di internal NU juga ada anjuran untuk tidak melakukan rukyat hilal di luar kota, jadi rukyatul hilal dilakukan di kota masing-masing saja.

Menurut dia, ada protokol kesehatan untuk tim rukyatul hilal Lembaga Falakiyah PBNU. Jumlah orang dalam tim rukyatul hilal harus sedikit, diusahakan tidak lebih dari sembilan orang. "Bila di daerah tersebut tidak mengijinkan sembilan orang melakukan rukyat hilal maka jumlahnya akan dikurangi lagi," ujarnya. 

Hendro mengatakan, tim rukyat hilal akan menyesuaikan diri dengan aturan di masing-masing kota atau kabupaten. Tim rukyat hilal juga dipantau dan diperiksa kesehatan sebelum melakukan rukyat hilal. 

Sepekan sebelum melakukan rukyat hilal, kata dia, orang yang akan memantau hilal harus dipastikan belum pernah sakit. Bila ditemukan orang yang sempat mengalami sakit misalnya demam maka tidak dianjurkan ikut rukyat hilal. 

"Usianya juga kita batasi, orang yang melakukan rukyat  hilal harus di bawah usia 50 tahun, jadi banyak sekali hal yang dipersiapkan," jelas Hendro. 

Dia mengungkapkan, antusias masyarakat untuk melakukan rukyatul hilal sangat luar biasa. Kalau  Lembaga Falakiyah PBNU tidak memberi imbauan tentang protokol kesehatan, dikhawatirkan mereka melakukan rukyat hilal dengan mengabaikan protokol kesehatan.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement