REPUBLIKA.CO.ID, Jika Anda mengunjungi Makkah untuk umroh, atau menunaikan ibadah haji, sempatkan berkunjung ke Museum Arsitektur Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Letaknya di Umm Al-Jude, di sisi jalan lama Makkah-Madina, ke arah Hudaibiyah.
Jika ingin meneruskan perjalanan, tentunya usai melihat museum, Anda bisa mencapai Hudaibiyah; tempat perjanjian hudaibiyah dan bait-ur-rizwan yang terkenal ditanda-tangani.
Museum Arsitektur Masjidil Haram dan Masjid Nabawi berdampingan dengan Museum dan Pembuatan Kiswa. Sejauh ini museum tak banyak dikunjungi.
Museum memamerkan bagian-bagian Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dari masa ke masa. Salah satunya alah pintu-pintu Ka'bah, yang telah mengalami pergantian beberapa kali sejak masa Rasulullah.
Mengutip Ibnu Ishaq Al-Matlabi, Ibnu Hisham mengatakan, orang pertama yang membuat pintu Ka'bah adalah Tubba III, raja Yaman yang memerintah jazirah Arab jauh sebelum kelahiran Muhammad SAW. Cerita serupa bisa ditemukan dalam buku Tariekh Al Ka'aba Muazzama, karya Al-Azraqui.
Al-Azraqui juga menulis kaum Quraish membuat pintu Ka'bah dengan dua shutter (daun pintu, red) bertinggi 11 cubits (sekitar 5 meter). Ibnu Al Zubair juga melakukan hal yang sama, tapi Al-Hajjaj membuat pintu Ka'bah lebih pendek, yaitu enam cubits (2,7 meter), namun meninggikan pintu dari dasar. Cubits, atau kubit, adalah ukuran kuno bangsa Arab yang sama dengan 45 sentimeter.
Di masa kekuasaan Turki Utsmani, pintu Ka'bah mengalami pergantian. Sultan Murad Khan, misalnya, mengganti pintu Ka'bah dengan kaligrafi beberapa surat Alquran tahun 1045 Hijrah. Terdapat pula inskripsi di atas batu pualam yang menjelaskan pembangunan bagian-bagian Masjidil Haram. Inskripsi ini, bersama bagian-bagian Masjidil Haram lainnya, selamat dari bencana kebakaran di era pemerintahan Al-Nasir Faraj raja dinasti Mamluk Turki tahun 804 Hijriah.
Bagian lain yang dipamerkan adalah bingkai tembaga Hajar Aswad dari masa Sultan Sulaiman bin Salim Khan (966 H). Batu pualam yang pernah menjadi bagian dari salah satu pintu Masjidil Haram.
Yang mungkin paling menarik adalah tangga kayu untuk menaiki Ka'bah yang dibuat tahun 1240 Hijriah oleh Sultan Sulaiman Al- Qanoony. Serta, bangunan sumur air zam-zam, lengkap dengan timbanya. Untuk yang ini telah modern, karena bibir sumur seluruhnya terbuat dari logam dan berornamen modern.
Pengunjung juga masih bisa melihat sebuah pilar tembaga yang pernah digunakan menopang mataf Masjidil Haram. Serta dudukan pilar dari masa Abdullah Ibn Al-Zubair tahun 65 hijrah. Pilar ini dirobohkan ketika Arab Saudi kali pertama melakukan perluasan Masjidil Haram.
Selama pemerintahan Arab Saudi, pintu Ka'bah mengalami dua kali pergantian. Pertama di era Raja Abdulaziz di tahun 1944. Kali ini pintu tidak lagi dibuat dari kayu, tapi aluminium, dan pelindung batang besi. Pintu setebal 2,5 sentimeter, dan tinggi 3,1 meter, dipercantik dengan kaligrafi ayat-ayat Alquran. Bagian depan pintu berlapis emas.
Dikisahkan, ketika Raja Khalid bin Andulaziz shalat di Masjidil Haram di tahun 1393 Hijriah, dia melihat ada yang tak beres pada pintu Ka'bah. Ia memerintahkan pembuatan pintu kedua, yang diberi nama Bab al-Tawba. Pintu diletakkan di sisi utara Ka'bah, dan berlapis emas. Kedua pintu itu bernilai 13.420 juta rial, terbuat dari 280 kilogram emas murni yang disuplai Badan Keuangan Arab Saudi. Pengerjaan dimulai pada 1389 Hijriah, dan berakhir pada tahun yang sama.
Pintu Ka'bah saat ini bertinggi lebih tiga meter, dengan lebar dua meter, dengan dua daun pintu, yang masing-masing memiliki ketebalan sepuluh sentimeter. Badan pintu terbuat dari kayu teak, dengan bagian pinggirnya berbingkai plat baja putih. Berat pintu mencapai 500 kilogram. Pintu baru juga memiliki kunci yang baru pula, menggantikan kunci yang dibuat Sultan Abdul Hameed, tapi dengan bentuk dan spesifikasi yang sama dengan yang lama.
Di bagian lain ruang museum, terpampang foto-foto Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dari masa ke masa. Bagian-bagian Masjid Nabawi dari masa lalu juga dipamerkan. Misal, menara masjid dari abad ke-10 Hijrah, jendela, pintu lama, dan lainnya. Terdapat pula inskripsi tablet batu dari berbagai masa, yang semuanya bisa dibaca.
Museum ini dibangun tahun 1999 oleh Pangeran Abdul Majeed, gubernur Makkah saat itu. Proyek menelan biaya 15 juta riyal. Seluruh foto adalah pemberian Pangeran Sultan bin Abdulaziz, deputi kedua PM Saudi Arabia.Mengunjungi museum ini membuat kita memahami evolusi arsitektur Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Semoga Allah menambah kemuliaan kedua tempat suci ini.