REPUBLIKA.CO.ID, MAKKAH -- Masih ada anggapan soal haji dan Kota Makkah adalah tempat ajang pembalasan dosa-dosa manusia. Benarkah pendapat ini?
Menurut Wakil Ketua Rabithah Ma’ahid al-Islamiyah Nahdlatul Ulama, KH Masrur Ainun Najih, pandangan soal tanah suci sebagai tempat pembalasan tidak benar. "Tidak benar karena di tanah suci Makkah dan Madinah justru hamba Allah diberikan ganjaran pahala yang istimewa," kata Kiai Masrur kepada Republika beberapa waktu lalu.
Menurut Kiai Masrur yang pada musim haji 2020 lalu menjadi Konsultan Ibadah PPIH Arab Saudi, disebutkan dalam sebuah hadits, bahwa Nabi Muhammad bersabda bahwa shalat di masjidnya (Masjid Nabawi) lebih baik dari sholat di tempat lain 1000 kali. "Kecuali di Makkah, kalau sholat di Makkah ganjarannya 100 ribu kali dibanding tempat lain," kata Kiai Masrur.
Menurut Kiai Masrur, dalil ini jelas sekali bahwa di kedua tempat suci ini hamba Allah dimuliakan. Makanya, jamaah haji ini disebut tamu-tamu yang mulia. "Jadi anggapan haji tempat pembalasan itu tidak benar," kata Kiai Masrur.
Menurutnya, jika terjadi sejumlah kasus pada jamaah seperti sakit, tak bisa kembali ke hotel, hilang, atau tersesat, maka hal ini dikarenakan masalah orientasi. Karena, tak sedikit orang yang pergi haji belum pernah ke luar negeri.
"Jangankan keluar negeri, di Jakarta saja kadang masih suka tersesat," kata Kiai Masrur.
Menurut Kiai Masrur, masyarakat diharap tidak punya pikiran seperti itu. Apalagi, harus menakut-nakuti jamaah haji soal pemikiran ini.
"Tidak benar itu. Anggapan seperti itu tidak berdasarkan pengetahuan. Jamaah haji itu tamu Allah," kata Kiai Masrur.
Menurutnya, kalau masyarakat masih menebarkan pikiran seperti itu, bisa membuat orang takut naik haji. Selain itu, orang yang sedang naik haji bisa ketakutan keluar hotel hingga tak mau beribadah ke masjid.
Kiai Masrur menyebut rumor soal ini sudah berlangsung lama. Namun, dia tak tahu dari mana dan siapa yang menyebarkan rumor ini. Yang jelas, lanjut Kiai Masrur, rumor ini juga bisa dipengaruhi pendidikan seseorang. "Semakin berilmu maka akan semakin ilmiah dan tak akan mempercayai rumor ini," kata Kiai Masrur.
Namun, Kiai Masrur tetap mengingatkan bagi jamaah haji untuk selalu menjaga sikapnya selama berada di tanah suci. Sebagaimana layaknya seorang yang sedang bertamu, maka harus menjaga etika.
"Kalau kita beretika tuan rumahnya senang. Tapi kalau tidak yang punya rumah kesal," kata Kiai Masrur.
Sementara, Juru Bicara Kementerian Agama, Oman Fathurahman mengatakan, jamaah haji jangan ditakut-takuti dengan anggapan semacam itu. Menurut Oman yang tahun lalu menjadi Pengendali Teknis Ibadah PPIH Arab Saudi tersebut mengatakan, haji adalah ibadah yang menekankan spiritualitas.
"Jangan ditakut-takuti. Allah itu Maha Pengampun, Maha Pengasih, dan Maha Penyayang," kata Oman.
Oman berharap jamaah haji memahami, bahwa jamaah datang ke Tanah Suci sebagai Tamu Allah. "Kita datang ke sini menjadi tamu Allah dan kita diridhoi oleh Allah," kata Oman.